17 Februari 2018

Berbenah? Why I should do?

Sejak kecil saya tidak terbiasa beres-beres karena orang tua sudah menyediakan asisten rumah tangga yang setiap hari merapikan seisi rumah.

Tapi fasilitas itu justru menyebabkan saya tidak bisa bertanggung jawab dengan barang2 milik saya sendiri. Setiap hari, sebelum berangkat sekolah, selalu ada barang yang saya cari. Topi di mana? Dasi? Ikat pinggang? Kaos kaki?

Padahal harusnya barang-barang tersebut bisa saya simpan dengan benar. Ya! saya sungguh berantakan.

Hingga akhirnya tiba saat saya kuliah, jauh dari rumah, dan harus tinggal sendiri di sebuah kamar kos. Bayangkan, hanya sepetak kamar kos saja harusnya begitu mudah untuk menata sedemikan rupa agar bisa nyaman dihuni. Tapi ternyata tidak bagi saya. Baju berantakan, buku-buku berserakan, kertas berceceran, perabotan tak tentu tempatnya.

Di situlah mulai saya berfikir, saya harus berubah, saya harus berbenah. Tidak mungkin saya mengandalkan orang lain terus-terusan di kehidupan saya di masa depan.

Akhirnya saya mulai belajar berbenah.

Tapi kegiatan beres-beres menjadi kegiatan yang saya anggap sangat melelahkan dan seakan tak berujung. Setelah beres-beres, rapi beberapa waktu, kemudian berantakan lagi, merapikan lagi, berantakan lagi, dan begitu seterusnya.

Lalu saya pun menikah. Memang belum memiliki rumah sendiri dan masih tinggal bersama mertua, tapi saya dan suami sepakat untuk tidak mengandalkan bantuan asisten rumah tangga.

Meski sudah belajar berbenah, tapi saya merasa bahwa saya masih tetap orang yang berantakan, masih sering mencari barang yang saya sendiri lupa tempat meletakkannya.

Hampir berkebalikan dengan suami yg selalu rapi dan “primpen” saat menyimpan barang. Lama-lama saya malu sendiri dengan suami.

Bahkan sampai saya memiliki anak pun, beres-beres tetap menjadi kegiatan yang melelahkan tak berujung . Saat merasa begitu lelah, saya biarkan rumah berantakan. Saya hampir menyerah dan berfikir: “mungkin saya ditakdirkan untuk tidak punya bakat beres-beres”.

Hingga suatu hari saya mendapat informasi tentang metode berbenah dari Jepang yang bernama konmari. Baru pertama kali ini lah saya tahu, bahwa ternyata berbenah pun ada metodenya. Bersyukur sekali ada komunitas konmari juga di Indonesia

Saat melihat pendaftaran ShokyuuClass di @konmariindonesia, saya pun sangat antusias dan langsung gerak cepat mendaftar.

Setelah memasuki materi 1 dan 2 saya baru sadar, bahwa mindset saya selama ini SALAH BESAR. Berbenah di pikiran saya adalah hanya untuk mendapatkan hasil rapi, bersih, indah. Tanpa tau prinsip, metode, dan tanpa ada konsistensi tindakan.

Terang saja berbenah hanya menjadi kegiatan yang melelahkan dan tak berujung.

Saya sangat tertarik dengan prinsip fundamental dari metode KonMari ini, yaitu proses berbenah yang cepat, habis-habisan, dan sekali seumur hidup.

Prinsip tersebut sangat WOW sekali menurut saya yang sudah berulang kali melakukan kegiatan berbenah tak berujung.

Lantas, bagaimana visualisasi dari “Ideal Lifestyle” ala saya?

Hal pertama yang paling ingin saya benahi adalah kamar. Karena kegiatan berbenah yang paling sering saya lakukan justru berbenah di ruang kamar, begitu cepat berantakan.
Pakaian di lemari, alat makeup di meja rias, televisi, mainan anak, buku, alat kantor, semua itu ada di dalam kamar. Padahal kamar kami tidak cukup luas untuk kami tempati bertiga (saya, suami, dan anak).
Sehingga, membenahi kamar akan membuat tidur/istirahat kami menjadi lebih berkualitas.
Berangkat dari keinginan membenahi kamar, maka muncullah banyak visualisasi ideal lifestyle yang lain, antara lain:

👉Saya ingin memiliki ruang khusus untuk mainan anak. Semacam mini playroom dimana saya bisa meletakkan semua mainan anak di tempat tersebut. Tidak harus dalam 1 ruangan, sebidang tempat saja pun bisa cukup asal saya bisa memusatkan semua mainan anak di tempat itu. Dengan demikian, tidak ada lagi mainan anak yang memenuhi kamar.

👉Hampir sama dengan mini playroom, saya pun ingin memiliki mini office room dan mini library. Di mana saya bisa meletakkan buku-buku dan alat2 kantor, terpusat dalam satu tempat, tidak ada lagi buku ataupun alat2 kantor yg berada di kamar kami.

👉 Saya ingin family time bisa terpusat di ruang keluarga, sehingga memindahkan televisi dari dalam kamar akan menjadi solusi terbaik. 

👉Saya ingin tumpukan baju di lemari dan alat2 makeup tidak lagi berantakan dan menjadi hal yang menyenangkan bahkan untuk sekedar dipandang.

👉Selain kamar, saya juga ingin mempunyai dapur yang nyaman. Saya suka sekali memasak dan membuat kue. Saya ingin memiliki waktu khusus untuk berkreasi mencoba resep2 baru di dapur. Tapi mood untuk memasak cenderung naik turun karena kondisi dapur yang masih cukup berantakan. Dengan berbenah, keadaan dapur yang nyaman pasti akan membuat mood saya untuk memasak menjadi lebih baik.

👉Saya ingin menjadi orang yang lebih "primpen" dalam meletakkan barang-barang di tempat yang seharusnya.

Deadline berbenah?
Sebenarnya saya orang yang sangat flexibel. Saya jarang mematok target waktu, kecuali untuk hal hal yang memang memiliki urgensi tersendiri.
Tapi demi sebuah perubahan besar dalam hidup ini, saya ingin kegiatan berbenah bisa selesai dalam waktu 3 bulan atau hingga Shokyuu Class berakhir.

Semoga melalui Intensive Class ini, saya benar2 bisa menerapkan metode KonMari dengan tuntas 😊

Tidak ada komentar:

Posting Komentar