Download file di link :
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY. “I” GIIPI00I UK 38/39
MINGGU DENGAN KETUBAN PECAH DINI
(Di VK Bersalin RSD Dr. Moch. Soewandhie Surabaya)
OLEH
:
IRMA SARI FITRIANA
NIM P27824109059
Semester V / Non Reguler
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN
KAMPUS SUTOMO
SURABAYA
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam
obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi
korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
Dalam keadaan
normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Dalam keadaan normal
8-10 % perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini.Ketuban pecah
dini prematur terjadi pada 1 % kehamilan (Sarwono P., 2009).
Kejadian ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa masalah bagi ibu
maupun janin, misalnya pada ibu dapat menyebabkan infeksi puerperalis/masa
nifas, dry labour/partus lama, dapat
pula menimbulkan perdarahan post partum, morbiditas dan mortalitas maternal,
bahkan kematian (Cunningham, 2005).
Etiologi pada sebagian besar kasus tidak diketahui.
Penelitian menunjukkan infeksi sebagai penyebabnya. Faktor lain yang
mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi rendah yang berhubungan dengan
rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual, misalnya
disebabkan oleh Chlamydia trachomatis
dan Neischeria gonorrhea.
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan
usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya
tanda-tanda persalinan. Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus
segera bersikap aktif terutama pada kehamilan yang cukup bulan atau harus menunggu
sampai terjadinya proses persalinan sehingga masa tunggu akan memanjang, yang
berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Sikap konservatif
ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan kurang bulan dengan harapan
tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang cukup.
Oleh sebab itu, asuhan kebidanan yang tepat sangat
diperlukan agar penanganan KPD dapat sesuai dengan keadaan yang ada dan
memperkecil resiko terjadinya komplikasi.
1.2 Tujuan
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti praktik klinik selama 14 hari, mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan KPD
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktik klinik selama 14 hari,
diharapkan mahasiswa mampu :
1.
Melakukan
pengkajian data subjektif dan obyektif pada ibu bersalin dengan KPD
2.
Menentukan
analisa dan diagnosa pada ibu bersalin dengan KPD
3.
Menentukan
rencana asuhan pada ibu bersalin dengan
KPD
4.
Melaksanakan
atai mengimplementasikan rencana asuhan ibu bersalin dengan KPD
5.
Melakukan
evaluasi terhadap asuhan yang diberikan. ibu bersalin dengan KPD
1.3 Manfaat
Hasil pembuatan asuhan kebidanan ini penulis mendapatkan masukan pengetahuan tentang penanganan kasus asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
KPD
1.3.2 Manfaat Praktis
Ibu bersalin dengan KPD mendapatkan asuhan dengan perawatan yang baik
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Persalinan
2.1.1 Batasan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan
atau yang dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain
dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 1998).
2.1.2 Macam
Persalinan
Menurut Manuaba (1998), macam – macam
persalinan dibedakan menjadi :
2.1.2.1
Persalinan Spontan
Persalinan spontan adalal persalinan
yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir
2.1.2.2
Persalinan Buatan
Persalinan buatan adalah persalinan
yang dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya ekstraksi dengan forceps atau
dilakukan operasi seksio sesaria
2.1.2.3
Persalinan Anjuran
Persalinan anjuran adalah persalinan
yang terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup di luar. Perslainan tidak
dimulai dengan sendirinya, tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,
pemberian pitocyn atau prostaglandin
2.1.3 Tanda –
tanda Persalinan
Gejala persalinan sebagai berikut :
2.1.3.1 Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur
dengan jarak kontraksi yang semakin pendek
2.1.3.2 Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu
:
1. Pengeluaran lendir
2. Lendir bercampur darah
2.1.3.3 Dapat disertai ketuban pecah
2.1.3.4 Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan
serviks
Faktor – faktor
yang penting dalam persalinan adalah :
2.1.3.5 Power
1. His
2. Kontraksi otot dinding perut
3. Kontraksi diafragma pelviks atau
kekuatan mengejan
2.1.3.6 Passanger : janin dan plasenta
2.1.3.7 Passage : jalan lahir lunak dan jalan lahir
tulang
2.1.4 Permulaan Terjadinya Persalinan
Dengan penurunan hormon progesteron
menjelang persalinan dapat terjadi kontraksi. Kontraksi otot rahim menyebabkan
:
2.1.4.1
Turunnya kepala, masuk PAP, terutama pada primigravida minggu ke – 36 dapat
menimbulkan sesak di bagian bawah, diatas simphisis phubis, dan sering ingin
atau susah BAK
2.1.4.2 Perut
lebih melebar karena fundus uteri turun
2.1.4.3
Terjadi perasaan sakit di daerah pinggang karena kontraksi ringan otot rahim
dan tertekannya flexus Franken hoyner yang terletak di sekitar serviks
2.1.4.4
Terjadi pelunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim
2.1.4.5
Terjadi pengeluaran lendir, dimana lendir penutup serviks dilepas (Manuaba, 1998).
2.1.5 Proses Terjadinya Persalinan
Menurut Manuaba (1998), proses terjadinya persalinan belum diketahui dengan
pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai
terjadinya kekuatan his, estrogen dan progesteron terdapat dalam keseimbangan
sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan estrogen dan
progesterone menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofisis posterior
dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk Braxton Hicks. Kontraksi Braxton Hicks
akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya persalinan.
Oksitosin diduga bekerja sama atau melalui prostaglandin yang makin
meningkat mulai usia kehamilan minggu ke – 15. Di samping itu, faktor gizi ibu
hamil dan keregangan otot rahim dapat memberikan pengaruh penting untuk
dimulainya kontraksi rahim. Beberapa teori yang mengatakan kemungkinan proses
persalinan, yaitu :
2.1.5.1 Teori
Keregangan
Otot rahim mempunyai
kekuatan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut,
terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai
2.1.5.2 Teori
Penurunan Progesteron
1. Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur
kehamilan 28 minggu dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah
mengalami penyempitan dan buntu
2. Produksi progesterone mengalami penurunan,
sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap oksitosin
2.1.5.3 Teori Oksitosin Internal
1. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise
posterior
2. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitifitas otot rahim,
sehingga terjadi Braxton Hicks
3. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat
tuanya kehamilan, maka oksitosin dapat meningkatkan aktifitas sehingga
persalinan dapat dimulai
2.1.5.4 Teori Prostaglandin
1. Kontraksi
prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh
desidua
2. Pemberian
prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontrkasi otot rahim sehingga hasil
konsepsi dikeluarkan
3. Prostaglandin
dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan
2.1.5.5 Teori
Hipotalamus – Pituitary dan Glandula Suprarenalis
1. Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan
maturitas janin
2. Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya
persalinan
3. Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan ada
hubungan antara hipotalamus pituitary dengan mulainya persalinan
2.2 Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini
2.2.1 Batasan
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan, dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu
sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi rahim disebut ketuban pecah dini
(Manuaba, 1998).
Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung (Saifuddin 2002).
2.2.2 Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum jelas, maka preventif tidak dapat
dilakukan kecuali dalam usaha penekanan infeksi. Menurut Manuaba (1998),
penyebab ketuban pecah dini adalah :
1.
Serviks
inkompeten
2.
Ketegangan
rahim berlebihan
3.
Polihidramnion
4.
Gemeli
5.
Kelainan
letak janin dalam rahim
6.
Riwayat
KPD sebelumnya
7.
Kelainan
bawaan dari selaput ketuban
8.
Infeksi
vagina
2.2.3 Tanda dan Gejala
Kadang – kadang agak sulit atau meragukan kita apakah
ketuban benar sudah pecah atau belum apabila pembukaan kanalis servikalis belum
ada atau kecil. Menurut Mochtar (1998) cara menentukannya sebagai berikut :
1.
Adanya
cairan berisi mekonium, verniks caseosa, rambut lanugo
2.
Adanya
cairan ketuban dari vagina
3.
Perubahan
warna kertas lakmus dari merah menjadi biru
4.
Cairan
berbau khas, tidak seperti bau urin
2.2.4
Patofisiologi
Menurut Mochtar (1998), mekanisme terjadinya ketuban pecah dapat
berlangsung sebagai berikut :
1.
Ketuban
tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi sehingga
dapat menyebabkan ketegangan rahim
2.
Bila
terjadi serviks inkompeten, maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah
dan mengeluarkan air ketuban
3.
Infeksi
yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah
4.
Kelainan
bawaan selaput ketuban dimana selaput ketuban terlalu tipis sehingga mudah
pecah
Patofisiologi KPD menurut Wiknjosastro (2000) yaitu KPD
terjadi karena adanya kelainan pada amnion dan juga bisa pada selaput janin.
Kelainan pada hidramnion jumlahnya bisa mencapai 2000 cc atau lebih. Karena
volume berlebihan maka tekanan akan lebih besar. Hal ini akan lebih memudahkan
selaput janin mengalami kerusakan akibat dari selaput janin yang jelek.
2.2.5
Komplikasi
2.2.5.1 Bagi
janin
1. Prematuritas
2. Infeksi
3. Semakin lama periode laten, semakin lama kala satu
persalinan, maka semakin besar insiden infeksi
4. Prolaps tali pusat
5. Mortalitas perinatal
2.2.5.2 Bagi ibu
1. Partus lama
Adanya inkoordinasi kontraksi otot rahim akibat dari
induksi persalinan dengan oksitosis sehingga menyebabkan sulitnya kekuatan otot
rahim untuk meningkatkan pembukaan serviks
2. Perdarahan post partum
3. Atonia uteri
Bila pada saat ketuban percah serviks belum matang atau
belum membuka, maka akan memperlama proses persalinan dan menyebabkan kelelahan
pada ibu yang berakibat pada lemahnya kontraksi uterus
4. Infeksi nifas
Adanya infeksi intra partum akibat ketuban pecah lebih
dari 6 jam
(Arif Mansjoer, 2001)
(Arif Mansjoer, 2001)
2.2.6
Diagnosis
Tentukan
pecahnya selaput ketuban. Ditentukan dengan adanya cairan ketuban di vagina,
jika tidak ada dapat dicoba dengan gerakan sedikit bagian terbawah janin atau
meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan
dengan tes lakmus (Nitrazin test) merah menjadi biru, membantu dalam menentukan
jumlah cairan ketuban dan usia kehamilan, kelainan janin.
Tentukan usia
kehamilan bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi, tanda-tanda
infeksi bila suhu ibu 38o C, air ketuban yang keruh dan berbau.
Pemeriksaan air ketuban dengan
tes LEA (leukosit estrase). Leukosit darah > 15.000/mm3. Janin yang
mengalami tekhikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
Tentukan
tanda-tanda inpartu. Tentukan adanya kontraksi yang teratur, periksa dalam
dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan) antara
lain untuk menilai skor pelvik (Sarwono P,. 2009).
2.2.7 Penatalaksanaan
2.2.7.1 Konservatif
1.
Rawat di rumah
sakit
2.
Berikan
antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau entromisin bila tak tahan ampisilin) dan
metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3.
Jika umur
kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai
air ketuban tidak keluar lagi.
4.
Jika usia
kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes basa negatif beri
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin, terminasi
pada kehamilan 37 minggu.
5.
Jika usia
kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24
jam.
6.
Jika usia
kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.
7.
Nilai
tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intrauteri)
8.
Pada usia
kehamilan 32-34 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan
kalau memungkinkan periksa kadar lesitinm dan spingomielin tiap minggu. Dosis
betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg
setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2.2.7.2 Aktif
2.2.7.2 Aktif
1.
Kehamilan >
37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula
diberikan misoprosto 25 µg - 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2.
Bila ada
tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan persalinan diakhiri.
1). Bila skor pelvik < 5,
lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri
persalinan dengan seksio sesarea.
2). Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
(Sarwono P,. 2009).
(Sarwono P,. 2009).
2.3 Konsep Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dengan KPD
2.3.1
Pengumpulan
Data
Pada
tanggal : Pukul :
Oleh : Tempat :
2.3.1.1 Data Subyektif
1. Identitas/
Biodata
Nama
Istri : Nama
Suami :
Umur : Umur :
Agama : Agama :
Suku : Suku :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :
2. Keluhan Utama
Pada pasien
dengan KPD keluhan yang dirasakan adalah keluarnya cairan dari jalan lahir
(merembes ataupun langsung banyak) berwarna jernih/putih
keruh/kuning/hijau/kecoklatan, tapi belum terasa adanya tanda-tanda persalinan,
misalnya his ataupun lendir darah dari vagina.
3.
Riwayat
Menstruasi
Dikaji
apakah selama hamil mengalami fluor albus yang bias menimbulkan infeksi
4. Riwayat Obstetri
yang Lalu
Dikaji tentang
riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang terdahulu terutama untuk
mengetahui peyulit yang dialami selama kehamilan,persalinan, dan nifas yang
lalu, dan apakah sebelumnya pasien pernah mengalami KPD
5.
Riwayat
Kehamilan Saat ini
KPD
biasanya terjadi pada kehamilan yang menyebabkan ketegangan rahim berlebihan,
misalnya gemeli, hidramnion, serta adanya kelainan letak janin dalam rahim.
6.
Riwayat
Kesehatan yang Lalu
Ibu
yang mengalami serviks inkompeten dan adanya infeksi genetalia merupakan
etiologi terjadinya KPD.
7.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
KPD
bukan merupakan penyakit menurun maupun menular
8.
Riwayat
Sosial
KPD
tidak ada hubungannya dengan umur pertama kali menikah dan lama pernikahan
9.
Pola
Kehidupan Sehari – hari
1) Pola Nutrisi
Pada pasien
dengan KPD tidak ada masalah dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi
2) Pola Eliminasi
Pada pasien
dengan KPD tidak ada masalah dengan eliminasi
3) Pola Istirahat
Pada pasien
dengan KPD tidak mengalami gangguan istirahat
4) Pola Aktifitas
Pada pasien
dengan KPD aktifitasnya dibatasi. Hal ini berhubungan dengan pengeluaran air
ketuban
5) Pola Personal Hygiene
Dikaji apakah
pasien menjaga personal hygienenya selama hamil, terutama vulva hygiene
2.3.1.2
Data Obyektif
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda – tanda vital : TD = 110/70 – 120/80 mmHg
Suhu
= 36 oC - 37 oC ,
Ibu yang mengalami ketuban pecah dini dengan suhu di atas 37,5 oC
merupakan tanda-tanda infeksi.
Nadi
= 76 – 92x/menit
RR = 16 – 20x/menit
Wajah : tidak pucat, tidak oedem
Mata : conjungtiva merah muda, sklera putih
Leher : tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, dan bendungan vena jugularis
Dada : hiperpigmentasi
areola mammae, putting susu menonjol, kolostrum sudah keluar/belum
Abdomen : terdapat linea nigra, terdapat striae alba
atau lividae, TFU, ada bekas operasi/tidak,
membesar sesuai UK, Leopold I - IV
Genetalia : pengeluaran cairan dari vagina yang berbau khas
Anus : tidak ada hemoroid
Ekstremitas : tidak ada oedem pada ekstremitas atas dan
bawah, tidak ada oedem dan varises pada ekstremitas bawah
2.3.1.3 Pemeriksaan Khusu
VT
tanggal................................... oleh :..............................
Æ..........cm, effacement........%,
konsistensi............, presentasi............, denominator...............,
Hodge............, ketuban (-) , UPD N
Tes
Lakmus : merah menjadi biru
2.3.2 Assessment
Diagnosa aktual : G....P....
........minggu tunggal, hidup, intauteri, letak kepala, keadaan/kesan jalan
lahir ............, keadaan ibu........., keadaan bayi......... dengan KPD
Masalah aktual :
cemas
Kebutuhan : istirahat, dukungan psikologis
2.3.3 Planning (UK > 37 minggu)
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
R/ informasi yang jelas dapat mengoptimalkan asuhan yang
diberikan
2. Jelaskan pada
ibu bahwa kehamilannya harus segera diakhiri
R/ memberikan
informasi tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap klien
3. Anjurkan ibu
untuk istirahat di tempat tidur, kecuali jika ingin ke kamar mandi
R/ mencegah kelaurnya air ketuban terus
menerus
4. Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
dan cairan
R/ Memberikan tenaga saat persalinan
5. Anjurkan Ibu
untuk memenuhi kebutuhan eliminasi
R/ tidak menghambat kemajuan persalinan
6. Berkolaborasi
dengan dokter dalam pemberian :
- Amoxicillin 4 x 500 mg P.O
- Rippening misoprostol 4 x 25 mg s.d. PS ≥
5
- Bila PS ≥ 5, lakukan OD
R/ Terminasi kehamilan
7. Observasi CHPB
tiap jam dan suhu rektal tiap 3 jam
R/ memantau keadaan ibu dan janin
8. Observasi
kemajuan persalinan
R/ menilai pelvik score
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Tanggal
: 04 Januari 2012 Jam : 21.00 WIB
Oleh : Irma Sari Fitriana
3.1.1 Data
Subjektif
3.1.1.1
Identitas
Nama Ibu : Ny.”I” Nama Suami : Tn.”H”
Umur : 29 tahun Umur : 32 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Swasta
Alamat Rumah: Kupang Gunung Barat IV/50
MKB :
04 Januari 2012 jam 15.30 WIB
3.1.1.2
Keluhan Utama
Ibu mengatakan
keluar cairan dari jalan lahir berwarna jernih sejak tadi pagi (4 Januari 2012)
jam 09.00 WIB. Ibu sudah ke bidan dan akhirnya di rujuk di RSD dr. M.
Soewandhie. Ibu mengatakan jarang merasa kenceng-kenceng, hanya sesekali saja
dan belum mengeluarkan lendir darah.
3.1.1.3
Riwayat
Menstruasi
Menarche : 13 tahun Banyak : 3x ganti pembalut
Siklus : 28 hari, teratur Dismenore : tidak
Lama : 6 - 7 hari Fluor albus : kadang - kadang
HPHT : 05 – 04 – 2011 TP : 12 – 01 – 2012
3.1.1.4 Riwayat Obstetri
No
|
Kehamilan
|
Persalinan
|
Bayi/Anak
|
Nifas
|
KB
|
Ket
|
|||||||||
Suami
|
Anak
Ke
|
UK
|
Pnylt
|
Penol.
|
Jenis
|
Tmpt
|
Pnylt
|
Seks
|
BB
|
Hidup
|
Keadaan
|
ASI
|
|||
PB
|
Mati
|
||||||||||||||
1.
|
1
|
1
|
Aterm
|
-
|
Bidan
|
Spt B
|
BPS
|
-
|
P
|
3600/
52 |
Hidup
6,5th |
Normal
|
+
|
pil
|
|
2.
|
H
|
A
|
M
|
I
|
L
|
I
|
N
|
I
|
3.1.1.5 Riwayat Perkawinan
Kawin : 1 kali
Kawin : 1 kali
Lama : 8 tahun
3.1.1.6 Riwayat Kehamilan Sekarang
3.1.1.6 Riwayat Kehamilan Sekarang
Klien mengatakan bahwa kehamilan ini adalah kehamilan
yang ke dua. Usia kehamilan 9 bulan dengan keluhan :
TM I : mual,
muntah
TM II : tidak ada
keluhan
TM III : sering BAK
dan nyeri pinggang
Riwayat ANC
Tempat : BPS Ny. Sulimin, sebanyak 7x
Pergerakan anak pertama kali : usia kehamilan 4 bulan
Imunisasi TT : 2x
Status emosional : ibu merasa cemas karena ketuban sudah
pecah, tapi belum ada tanda persalinan
HE yang didapat : kebutuhan istirahat, tanda bahaya
kehamilan, tanda – tanda persalinan, persiapan persalinan
3.1.7 Riwayat Kesehatan Klien
Ibu mengatakan bahwa ia tidak pernah menderita penyakit
menular maupun penyakit menurun seperti DM, hipertensi, IMS, asma, hepatitis,
TBC, dan ibu tidak mempunyai riwayat gemeli.
3.1.8 Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit menular maupun menahun seperti DM, hipertensi, IMS, asma,
hepatitis, TBC, dan tidak ada yang mempunyai riwayat gemeli.
3.1.9 Pola Kehidupan Sehari – hari
1.
Pola
Nutrisi
Makan
terakhir pada tanggal 4 Januari 2012 jam 12.00 WIB.
Menu
: nasi, lauk, sayur
Minum
terakhir pada tanggal 4 Januari 2012 jam 20.30 WIB.
Berupa
: air putih
2.
Pola
Eliminasi
Terakhir
BAK tanggal 4 Januari 2012 jam 20.00 WIB.
Terakhir
BAB tanggal 4 Januari 2012 jam 14.00 WIB.
3.
Pola
Istirahat
Terakhir
istirahat pada tanggal 4 Januari 2012 jam 16.00 WIB selam 30 menit.
4.
Pola
Aktifitas
Ibu
melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri, dan mengurangi aktifitas berat ketika
memasuki TM III.
5.
Pola
Personal Hygiene
Ibu
mandi 2x sehari, ganti celana dalam 2x sehari.
6.
Pola
Kebiasaan Selama Hamil
Merokok
: tidak Jamu – jamuan : tidak
Alkohol
: tidak Binatang peliharaan : tidak punya
Obat – obatan : tidak Pijat perut : tidak
3.1.2 Data Obyektif (O)
3.1.2.1 Pemeriksaan Umum
KU : baik Kesadaran
: compos mentis
TD : 120/80
mmHg RR : 20x/menit
Suhu : 36,5oC TB : 161 cm
Nadi : 88x/menit BB : 66 kg
3.1.2.2
Pemeriksaan Khusus
1. Inspeksi
Muka : tidak
oedem, tidak pucat
Mata : sklera
putih dan konjungtiva merah muda
Mulut : mukosa
bibir lembab, kebersihan cukup, bibir tidak pucat
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tidak
ada bendungan vena jugularis
Dada : payudara simetris, bersih, areola
hiperpigmentasi, putting susu menonjol
Abdomen : terdapat
linea nigra, striae livide, tidak ada bekas operasi, pembesaran sesuai UK
Genetalia : tidak ada varises dan oedem vulva, tidak ada condiloma, kebersihan
cukup, pengeluaran berupa cairan jernih
Anus : tidak ada hemoroid
Ekstremitas : tidak ada oedem pada ekstremitas atas dan
bawah, dan tidak ada varises pada ekstremitas bawah
2. Palpasi
Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
serta bendungan vena jugularis
Dada : tidak ada massa,
tidak ada nyeri tekan, kolostrum belum keluar
Abdomen : TFU = 32 cm
Leopold I = TFU
pertengahan px – pusat, bagian fundus teraba lunak, tidak bulat, dan tidak
melenting
Leopold II = pada
perut sebelah kiri ibu teraba keras, datar, memanjang seperti papan. Dinding
perut sebelah kanan teraba bagian-bagian kecil janin.
Leopold III = bagian
terendah teraba bulat, keras, melenting, sudah masuk PAP
Leopold IV = divergen
Palpasi WHO = 4/5
His = tidak adekuat
3.
Auskultasi
DJJ
: 140 x/menit
4.
Perkusi
Reflek
patella kanan/kiri : positif/positif
5.
Pemeriksaan
Khusus
VT
tanggal 4 Januari 2012 jam 15.40 WIB
Æ1 cm, effacement 25%, konsistensi lunak, presentasi kepala, denominator UUK
kiri depan, Hodge II, ketubah (-), UPD ~ N
6.
Pemeriksaan
Penunjang
Tes
Lakmus : positif
Reduksi
urin : negatif
3.2
Assessment
Diagnosa : GIIPI00I UK 38/39 minggu, tunggal, hidup,
intra uterin, keadaan jalan lahir normal, keadaan ibu dan janin baik dengan KPD
Masalah : Ibu cemas karena ketubannya sudah pecah tapi
bayinya belum juga lahir
3.3
Planning
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
R/ informasi yang jelas mengoptimalkan asuhan yang
diberikan
2. Jelaskan pada ibu bahwa janinnya harus segera dilahirkan
R/ mengurangi kecemasan ibu dan menginformasikan tindakan
yang akan dilakukan
3. Anjurkan ibu untuk :
-
Tidak
berjalan-jalan kecuali jika ingin ke kamar mandi
-
Memenuhi
kebutuhan nutrisi dan cairan
-
Memenuhi
kebutuhan eliminasi
-
Miring
ke kiri
R/ memperlancar
pemberian asuhan
4.
Berkolaborasi
dengan dokter dalam pemberian :
- Amoxicillin 4 x 500 mg P.O
- Rippening misoprostol 4 x 25 mg s.d. PS ≥
5
- Bila PS ≥ 5, lakukan OD
R/
Terminasi kehamilan
5.
Observasi
CHPB tiap 30 menit
R/
mengetahui keadaan janin dan kemajuan persalinan
6.
Observasi
TTV, khususnya TD tiap 4 jam dan suhu rektal tiap 3 jam
R/
mengetahui keadaan klien
3.4 Implementasi
Tanggal
|
Pukul
|
Implementasi
|
Paraf
|
4 Januari 2012
|
15.30
15.40
15.50
15.55
16.00
18.00
|
1.
Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan.
2.
Melakukan NST
3.
Menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa kehamilannya harus diakhiri
4.
Memberikan informed consent pada suami
5.
Memberikan terapi antibiotik, amoxicillin 500 mg P.O. a/p dokter
6.
Berkolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian misoprostol I 25 mg /
vag à evaluasi 6 jam
|
|
4 Januari 2012
5 Januari 2012
|
21.00
21.10
21.30
22.00
00.00
|
7.
Menganjurkan ibu untuk :
-
tidak berjalan – jalan kecuali ke KM
-
memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
-
memenuhi kebutuhan eliminasi
-
miring ke kiri
8.
Memberikan dukungan pada ibu untuk mengurangi kecemasan
9.
Mengobservasi TTV (TD tiap 4 jam), CHPB tiap jam, dan suhu rektal tiap 3
jam
10.
Memberikan terapi antibiotik, amoxicillin 500 mg P.O. a/p dokter
11.
Melakukan evaluasi kemajuan persalinan. Hasil : VT Æ3 cm, effacement 75%, konsistensi lunak, presentasi
kepala, denominator UUK kiri depan, Hodge II, ketubah (-), UPD ~ N
12.
Mengobservasi CHPB
|
3.5 Evaluasi
Tanggal 5
Januari 2012 Pukul 03.45
S : Ibu
mengatakan ingin meneran
O : Palpasi
0/5
VT Æ 10 cm, effacement 100%,presentasi kepala, denominator
UUK kiri depan, Hodge IV, ketubah (-), UPD ~ N
A : Inpartu
Kala II
P : -
Mempersiapkan diri dan mengecek kelengkapan peralatan (partus pack dan
obat-obatan)
- Menganjurkan ibu untuk memilih
posisi senyaman mungkin
- Mengajarkan ibu cara meneran yang
benar
- Memimpin persalinan
KALA II
Tgl/Jam
|
Kegiatan
|
5 Jan 12
03.45 WIB
03.58 WIB
|
Pembukaan
lengkap dan melihat adanya tanda-tanda persalinan (dora, teknus, perjol,
vulka). Memasang handuk bersih di atas perut ibu dan underpad di bawah bokong
ibu. Setelah kepala bayi tampak dengan diameter 5-6 cm, membuka partus set
dan memakai sarung tangan steril pada kedua tangan. Saat oksiput tampak di
bawah simfisi, tangan kanan melindungi perineum dengan dialasi duk steril
yang dilipat 1/3 bagian. Sementara tangan kiri menahan puncak kepala agar
tidak terjadi defleksi terlalu cepat. Setelah kepala lahir, mengusap muka
bayi dengan kasa steril. Menunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar.
Setelah kepala menghadap salah satu paha ibu, memegang kepala bayi secara
biparietal, menarik dengan lembut ke arah bawah dan distal untuk melahirkan
bahu depan, dan menarik lembut ke atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang. Setelah dada lahir, menggeser tangan kanan untuk menyangga leher
dan dada sementara tangan kiri menelusuri punggung, bokong, hingga tungkai
bawah bayi dan menyelipkan jari telunjuk tangan kiri diantara tungkai bayi.
Setelah bayi
lahir seluruhnya, melihat dan menilai keadaan bayi, meletakkan bayi di atas
perut ibu dengan kepala lebih rendah, kemudian mengeringkan bayi dan
membungkus bayi dengan kain kering kecuali tali pusat.
Bayi lahir
Spt-B
Jenis
kelamin : perempuan
BB / PB :
3500 gram / 51 cm
A-S : 8-9
Anus : (+)
Kel.
Kongenital : tidak ada.
S : Ibu
mengatakan perutnya mulas
O : - Uterus
globuler
-
Tali pusat bertambah panjang
-
Perdarahan banyak
A : Inpartu
kala III
P : Lakukan
manajemen aktif kala III
|
Penilaian APGAR Scor
No.
|
Kategori
|
Menit
1
|
Menit
2
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
FrekuensiNadi
WarnaKulit
Tonus
Otot
ReaksiRangsangan
Pernafasan
|
2
2
2
1
1
|
2
2
2
2
1
|
Jumlah
|
8
|
9
|
KALA III
Tgl/Jam
|
Kegiatan
|
5 Jan 12
03.59 WIB
04.10 WIB
|
-
Memeriksa fundus untuk memastikan tidak adnya bayi kedua
-
Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha luar
-
Mengekle tali pusat 3 cm dari imbilikus dan 2 cm dari klem pertama, lalu
memotong tali pusat dan tangan kiri melindungi gunting
-
Mengganti handuk basah dengan handuk kering lalu menengkurapkan bayi
diantara payudara ibu untuk dilakukan IMD
-
Memindahkan klem 5-10 cm didepan vulva
-
Melakukan pengecekan tanda-tanda plasenta lepas
-
Tangan kanan melakukan menegangkan tali pusat ke arah bawah,lalu ke atas,
lalu lurus hingga plasenta tampak pada vulva. Kemudian menangkap plasenta
dengan kedua tangan dan melakukan putaran searah jarum jam sampai plasenta
lahir seluruhnya.
-
Masase fundus untuk merangsang kontraksi,kemudian mengecek kelengkapan
plasenta mulai dari sisi fetal maupun maternal
Plasenta lahir lengkap dengan
:
Berat : 500 gram
Panjang tali pusat : 50 cm
Insersi : lateralis
S: Ibu mengatakan perutnya
terasa mulas
O: TFU setinggi pusat,
kontraksi : baik, konsistensi keras
Kandung kencing kosong
A: masuk Kala IV
P : Observasi 2 jam PP
|
KALA IV
Tgl/Jam
|
Kegiatan
|
5 Jan 12
04.16 WIB
|
-
Mengajarkan ibu cara melakukan masase fundus uteri
-
Memeriksa adanya laserasi di vagina dan perineum dan ditemukan robekan
perineum derajat II
-
Melakukan anastesi dengan lidocain 1% kemudian melakukan heacting perineum
-
Mengevaluasi jumlah kehilangan darah
-
Membersihkan tubuh ibu dari darah dan lendir
-
Mengganti baju ibu dengan baju bersih
-
Merendam alat dalam klorin
-
Membersihkan tempat persalinan
-
Melengkapi partograf
|
LEMBAR
OBSERVASI KALA IV
Jam ke
|
Waktu
|
TD
|
N
|
Suhu
(0C)
|
TFU
|
UC
|
KandunganKemih
|
Perda-rahan
|
I
|
04.25
|
110/70
|
84
|
36’7
|
2 jari di bawah
pusat
|
Baik
|
Kosong
|
50 cc
|
04.40
|
110/70
|
84
|
2 jari di bawah
pusat
|
Baik
|
Kosong
|
30 cc
|
||
05.55
|
120/80
|
84
|
2 jari di bawah
pusat
|
Baik
|
Kosong
|
30 cc
|
||
05.25
|
120/80
|
80
|
2 jari di bawah
pusat
|
Baik
|
Kosong
|
10 cc
|
||
II
|
06.55
|
120/80
|
80
|
36,5
|
2 jari di bawah
pusat
|
Baik
|
Kosong
|
10 cc
|
07.25
|
120/80
|
80
|
2 jari di bawah
pusat
|
Baik
|
Kosong
|
5 cc
|
Memberikankonselingpadaibutentang:
1.
Nutrisi
(tidak boleh tarak)
2.
Personal
Hygiene (terutama daerah kewanitaan)
3.
Mobilisasi
Dini
4.
Istirahat
5.
ASI
Eksklusif
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini disajikan tentang analisa data yang diperoleh dari
hasil pengkajian pada ibu bersalin pada tanggal 04 Januari 2012 di VK RSDdr. M.
Soewandhie Surabaya.
4.1 Data
Subjektif
Pengkajian
data subjektif dapat dilaksanakan dengan cara wawancara ibu secara langsung
untuk mendapatkan data seperti identitas ibu dan suami, riwayat menstruasi,
riwayat obstetri, riwayat kehamilan sekarang, riwayat kesehatan klien dan
keluarga, dan pola kehidupan sehari – hari. Data subjektif ini sudah kesesuaian
dengan teori persalinan.
4.2 Data
Objektif
Pengkajian
obyektif dapat dilaksanakan dengan cara pemeriksaan fisik secara inspeksi,
palpasi, auskultasi, perkusi, pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang.
Semua keadaan ibu sudah di periksa dan hasilnya normal.
4.3 Assesment
Dari data
subjektif dan data objektif sudah dapat mendukung diagnosa Asuhan Kebidanan
pada ibu hamil dengan KPD.
4.4. Planning
Planning yang
telah dilakukan di VK RSD dr. M. Soewandhie Surabaya sudah sesuai dengan teori,
yaitu memberikan antibiotik profilaksis, mengobservasi CHPB, dan terminasi
kehamilan.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Ketuban
pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan ditunggu
satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak ketuban pecah sampai
terjadi kontraksi rahim disebut ketuban pecah dini.
Penatalaksanaan
ketuban pecah dini pada kehamilan aterm berupa penanganan aktif, antara lain :
1.
Kehamilan
> 37 minggu induksi dengan oksitosin. Apabila gagal, maka dilakukan seksio
sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 25 - 50µg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali
2.
Bila
ada tanda – tanda infeksi, berikan antibiotik dosis tinggi
3.
Terminasi
kehamilan, jika :
1)
Skor
pelvik < 5 lakukan pematangan serviks kemudian di induksi. Jika tidak
berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria
2)
Skor
pelvik > 5 induksi persalinan, kemudian partus pervaginam
5.2 Saran
Sebaiknya para
ibu hamil lebih menjaga kehamilannya, terutama lebih menjaga setiap aktifitas
yang dilakukan agar tidak terjadi trauma dan menjaga vulva hygienenya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar