Leaflet Kehamilan Risiko Tinggi
SAP Kehamilan Risiko Tinggi
SATUAN ACARA
PENYULUHAN
Topik : Kehamilan Risiko
Tinggi
Sasaran :
Pasien dan keluarga pasien
Tempat :
Ruang Tunggu Poli Hamil & Kandungan RSU Haji - Surabaya
Hari/Tanggal :
Waktu : 1 X 30
menit
I.
Tujuan Instruksional umum
Setelah proses penyuluhan diharapkan
pasien dan keluarga pasien mengerti tentang kehamilan risiko tinggi
II.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan
diharapkan peserta mampu :
- Menyebutkan pengertian kehamilan risiko tinggi
- Menyebutkan faktor risiko terjadinya kehamilan risiko tinggi
- Menyebutkan tanda bahaya kehamilan
- Mengetahui deteksi pada kehamilan risiko tinggi
- Menyebutkan bahaya yang dapat ditimbulkan karena kehamilan risiko tinggi
- Mengetahui cara pencegahan kehamilan risiko tinggi
III.
Materi
- Pengertian kehamilan risiko tinggi
- Faktor risiko/penyebab terjadinya kehamilan risiko tinggi
- Tanda bahaya kehamilan
- Diagnosa kebidanan pada kehamilan risiko tinggi
- Bahaya yang dapat ditimbulkan karena kehamilan risiko tinggi
- Pencegahan kehamilan risiko tinggi
IV.
Metode
1) Ceramah
2) Diskusi
3) Tanya jawab
V.
Media
- LCD / Flipchart
- Leaflet
VI.
Pengorganisasian
Pembimbing
Klinik : Mujiyem, Amd.Keb
Rodiyah,
Amd.Keb
Pembimbing Pendidikan : K.Kasiati, S.Pd, Amd.Keb, M.Kes
Sherly
Jeniawati, SST
Penyaji : Farah Abidah Rachmawati
Mar’atus Sholikha
Moderator : Ewing Firmadani Prastiti
Observer : Irma Sari Fitriana
Fasilitator : Febrina Nur Indah Sari
Job Description
1. Moderator :
Mengarahkan jalannya acara
2. Penyaji :
Menyampaikan materi penyuluhan dan
menjawab pertanyaan
3. Fasilitator :
Membantu mengarahkan peserta untuk
bergerak secara aktif dalam diskusi
4. Observer :
Mengamati dan mencatat proses jalannya penyuluhan, mengevaluasi jalannya
penyuluhan
VII.
Kegiatan Penyuluhan
NO
|
WAKTU
|
KEGIATAN PENYULUHAN
|
KEGIATAN PESERTA
|
1
|
5 menit
|
Pembukaan
a) membuka kegiatan dengan mengucapkan
salam
b) Memperkenalkan diri
c) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
d) Menyebutkan materi yang akan diberikan
e) Menyampaikan kontrak waktu
|
Mendengarkan pembukaan yang disampaikan oleh
moderator.
|
2
|
15 menit
|
Pelaksanaan
Penyampaian
materi oleh pemateri:
a)
Menggali
pengetahuan peserta tentang kehamilan risiko tinggi
b)
Menjelaskan
tentang pengertian kehamilan risiko tinggi
c)
Menjelaskan
tentang penyebab/ faktor risiko kehamilan risiko tinggi
d) Menyebutkan tentang tanda bahaya kehamilan
e)
Menjelaskan
tentang deteksi pada kehamilan risiko tinggi
f)
Menjelaskan
tentang bahaya yang dapat ditimbulkan karena kehamilan risiko tinggi
g)
Menjelaskan
tentang pencegahan kehamilan risiko tinggi
|
Mendengarkan dan memberikan umpan balik tehadap
materi yang disampaikan.
|
3
|
20 menit
|
Tanya jawab
Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya tentang materi yang kurang dipahami
|
Mengajukan pertanyaan
|
3
|
15 menit
|
Evaluasi
Menanyakan kembali kepada peserta tentang materi
yang telah diberikan dan reinforcement kepada
peserta yang dapat menjawab pertanyaan
|
Menjawab pertanyaan
|
4
|
5 menit
|
Penutup
a)
Mempersilahkan fasilitator dari pembimbing klinik dan/atau pembimbing
akademik untuk menambahkan ataupun menjelaskan kembali jawaban pertanyaan
peserta yang belum terjawab.
b)
Menjelaskan kesimpulan dari materi penyuluhan
c)
Ucapan terima kasih
d)
Salam penutup
|
Mendengarkan dengan seksama dan menjawab salam
|
VIII.
Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a) Peserta hadir ditempat penyuluhan
b) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di
ruang tunggu poli hamil dan kandungan RSU Haji - Surabaya. Pengorganisasian
penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a) Peserta antusias terhadap materi
penyuluhan
b) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab
pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan
sekitar 80% peserta penyuluhan mampu mengerti dan memahami penyuluhan yang
diberikan sesuai dengan tujuan khusus
LAMPIRAAN MATERI
KEHAMILAN RISIKO
TINGGI
PENDAHULUAN
Secara garis besar,
kelangsungan suatu kehamilan sangat bergantung pada keadaan dan kesehatan ibu,
plasenta dan keadaan janin.
- Jika ibu sehat dan didalam darahnya terdapat
zat-zat makanan dan bahan-bahan organis dalam jumlah yang cukup, maka
pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan akan berjalan baik.
- Dalam kehamilan, plasenta akan befungsi sebagai
alat respiratorik, metabolik, nutrisi, endokrin, penyimpanan, transportasi dan
pengeluaran dari tubuh ibu ke tubuh janin atau sebaliknya. Jika salah satu atau
beberapa fungsi di atas terganggu, maka janin seperti “tercekik”, dan
pertumbuhannya akan terganggu.
- Demikian juga bila ditemukan kelainan
pertumbuhan janin baik berupa kelainan bawaan ataupun - kelainan karena
pengaruh lingkungan, maka pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan
dapat mengalami gangguan.
Bagi kebanyakan wanita, proses
kehamilan dan persalinan adalah proses yang dilalui dengan kegembiraan dan suka
cita. Tetapi 5-10% dari kehamilan termasuk kehamilan dengan risiko tinggi,
wanita dengan kehamilan risiko tinggi, mereka harus mempersiapkan diri dengan
lebih memperhatikan perawatan kesehatannya dalam menghadapi kehamilan dengan risiko
tinggi ini.
I.
DEFINISI
Kehamilan risiko
tinggi adalah ibu hamil dengan berbagai faktor risiko yang dapat mengganggu
proses kehamilan sampai bersalin atau mengancam jiwa ibu dan janin
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang
akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar,
baik terhadap ibu maupunterhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan,
melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan
nifas normal.
Kehamilan
usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya, emosional ibu belum
stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat
ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika
si ibu mengandung bayinya. (Ubaydillah, 2000).
II.
FAKTOR RISIKO
Untuk
menentukan suatu kehamilan risiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap wanita
hamil untuk menentukan apakah dia memiliki keadaan atau ciri-ciri yang
menyebabkan dia ataupun janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau kematian
(keadaan atau ciri tersebut disebut faktor risiko). Faktor risiko bisa
memberikan suatu angka yang sesuai dengan beratnya risiko.
Secara
umum, kelompok ibu hamil yang tergolong resiko tinggi antara lain:
1. Umur di bawah 20 tahun, karena rahim dan
panggul ibu belum berkembang
2. Umur diatas 35 tahun, karena kesehatan dan
keadaan rahim sudah tidak sebaik umur sebelumnya
3. Pernah mengalami kesulitan dan kehamilan
dalam persalinan sebelumnya
4. Jumlah anak lebih dari 4 orang, karena
makin banyak anak, rahim ibu makin lemah
5. Jarak persalinan terakhir dengan awal
kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun, karena pada keadaan tersebut rahim dan
kesehatan ibu belum pulih kembali dengan baik
6. Jarak persalinan terakhir dengan awal
kehamilan sekarang lebih dari 10 tahun (terlalu lama)
7. Tinggi badan kurang dari 145 cm, karena
ibu mungkin mempunyai panggul sempit, sehingga sulit melahirkan
8. Kebiasaan ibu (merokok,alkohol, dan
obat-obatan)
2.1. FAKTOR RISIKO SEBELUM KEHAMILAN
Sebelum hamil, seorang
wanita bisa memiliki suatu keadaan yang menyebabkan meningkatnya resiko selama
kehamilan. Selain itu, jika seorang wanita mengalami masalah pada kehamilan
yang lalu, maka resikonya untuk mengalami hal yang sama pada kehamilan yang
akan datang adalah lebih besar.
2.1.1. Karakteristik ibu
Usia wanita
mempengaruhi resiko kehamilan. Anak perempuan berusia 15 tahun atau kurang
lebih rentan terhadap terjadinya pre-eklamsi (suatu keadaan yang
ditandai dengan tekanan darah tinggi, protein dalam air kemih dan penimbunan
cairan selama kehamilan) dan eklamsi (kejang akibat pre-eklamsi). Mereka
juga lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau bayi kurang
gizi.
Risiko kehamilan pada ibu yang terlalu
muda biasanya timbul karena mereka belum siap secara psikis maupun fisik.
Secara psikis, umumnya remaja belum siap menjadi ibu. Bisa saja kehamilan
terjadi karena "kecelakaan". Akibatnya, selain tidak ada persiapan,
kehamilannya pun tidak dipelihara dengan baik. Kondisi psikis yang tidak sehat
ini dapat membuat kontraksi selama proses persalinan tidak berjalan lancar
sehingga kemungkinan operasi sesar jadi lebih besar.
Risiko fisiknya pun tak kalah besar karena
beberapa organ reproduksi remaja putri seperti rahim belum cukup matang untuk
menanggung beban kehamilan. Bagian panggul juga belum cukup berkembang sehingga
bisa mengakibatkan kelainan letak janin.
Kurangnya persiapan
untuk hamil juga dikaitkan dengan defisiensi asam folat dalam tubuh. Akibat
kurangnya asam folat, janin dapat menderita spina bifida (kelainan tulang
belakang) atau janin tidak memiliki batok kepala. Risiko akan berkurang pada
ibu yang hamil di usia tua karena biasanya mereka sudah mempersiapkan kehamilan
dengan baik.
Risiko kehamilan yang akan dihadapi pada
primigravida tua hampir mirip pada primigravida muda. Hanya saja, karena faktor
kematangan fisik yang dimiliki maka ada beberapa risiko yang akan berkurang
pada primigravida tua. Misalnya menurunnya risiko cacat janin yang disebabkan
kekurangan asam folat. Risiko kelainan letak janin juga berkurang karena rahim
ibu di usia ini sudah matang. Panggulnya juga sudah berkembang baik. Bahaya
yang mengancam primigravida tua justru berkaitan dengan fungsi organ reproduksi
di atas usia 35 tahun yang sudah menurun sehingga bisa mengakibatkan perdarahan
pada proses persalinan dan preeklamsia.
Hal yang patut
dipertimbangkan adalah meningkatnya risiko kelainan sindrom down pada janin,
yaitu sebuah kelainan kombinasi dari retardasi mental dan abnormalitas bentuk
fisik yang disebabkan kelainan kromosom. "Pada kehamilan di bawah usia 30
tahun kemungkinan adanya sindrom down hanya 1:1600, tapi di atas 35 tahun
menjadi 1:600, dan di usia 40 tahun menjadi 1:160. Peningkatan beberapa kali
lipat ini dikarenakan perubahan kromosom akibat usia ibu yang semakin tua. Pada wanita hamil yang berusia diatas 35
tahun bisa dilakukan pemeriksaan cairan ketuban (amniosentesis) untuk
menilai kromosom janin.
Wanita yang berusia 35
tahun atau lebih, lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi, diabetes atau obesitas dan terhadap keadaan medis lainnya
. Seorang wanita yang
pada saat tidak hamil memiliki berat badan kurang dari 50 kg, lebih mungkin
melahirkan bayi yang lebih kecil dari usia kehamilan (KMK, kecil untuk
masa kehamilan). Jika kenaikan berat badan selama kehamilan kurang dari 7,5
kg, maka resikonya meningkat sampai 30%. Sebaliknya, seorang wanita gemuk lebih
mungkin melahirkan bayi besar. Obesitas juga menyebabkan meningkatnya
resiko terjadinya diabetes dan tekanan darah tinggi selama kehamilan. Seorang
wanita yang memiliki tinggi badan kurang dari 1,4 meter, lebih mungkin memiliki
panggul yang sempit. Selain itu, wanita tersebut juga memiliki resiko yang
lebih tinggi untuk mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi yang
sangat kecil.
2.1.2. Riwayat Kehamilan Sebelumnya
Seorang wanita yang 3
kali berturut-turut mengalami keguguran pada trimester pertama, memiliki resiko
sebesar 35% unuk mengalami keguguran lagi.
Keguguran juga lebih
mungkin terjadi pada wanita yang pernah melahirkan bayi yang sudah meninggal
pada usia kehamilan 4-8 minggu atau pernah melahirkan bayi prematur.
Sebelum mencoba hamil
lagi, sebaiknya seorang wanita yang pernah mengalami keguguran menjalani
pemeriksaan untuk:
-
kelainan
kromosom atau hormon
-
kelainan
struktur rahim atau leher rahim
-
penyakit
jaringan ikat (misalnya lupus)
-
reaksi
kekebalan pada janin (biasanya ketidaksesuaian Rh).
Jika penyebab
terjadinya keguguran diketahui, maka dilakukan tindakan pengobatan. Kematian di
dalam kandungan atau kematian bayi baru lahir bisa terjadi akibat:
- Kelainan kromosom
pada bayi
- Diabetes
- Penyakit ginjal atau pembuluh darah menahun
- Tekanan darah tinggi
- Penyalahgunaan obat
- Penyakit jaringan ikat pada ibu (misalnya
lupus).
Seorang wanita yang
pernah melahirkan bayi prematur, memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya.
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 1,5 kg, memiliki resiko sebesar 50% untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya.
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 1,5 kg, memiliki resiko sebesar 50% untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya.
Jika seorang wanita
pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4 kg, mungkin dia
menderita diabetes. Jika selama kehamilan seorang wanita menderita diabetes,
maka resiko terjadinya keguguran atau resiko kematian ibu maupun bayinya
meningkat.
Pemeriksaan kadar gula
darah dilakukan pada wanita hamil ketika memasuki usia kehamilan 20-28 minggu.
Seorang wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih, lebih
mungkin mengalami:
-
kontraksi
yang lemah pada saat persalinan (karena otot rahimnya lemah)
-
perdarahan
setelah persalinan (karena otot rahimnya lemah)
-
persalinan
yang cepat, yang bisa menyebabkan meningkatnya resiko perdarahan vagina yang
berat
-
plasenta
previa (plasenta letak rendah).
Jika seorang wanita
pernah melahirkan bayi yang menderita penyakit hemolitik, maka bayi
berikutnya memiliki resiko menderita penyakit yang sama.
Penyakit ini terjadi
jika darah ibu memiliki Rh-negatif, darah janin memiliki Rh-positif dan ibu
membentuk antibodi untuk menyerang darah janin; antibodi ini menyebabkan
kerusakan pada sel darah merah janin. Pada kasus seperti ini, dilakukan
pemeriksaan darah pada ibu dan ayah. Jika ayah memiliki 2 gen untuk Rh-positif,
maka semua anaknya akan memiliki Rh-positif; jika ayah hanya memiliki 1 gen
untuk Rh-positif, maka peluang anak-anaknya untuk memiliki Rh-positif adalah
sebesar 50%. Biasanya pada kehamilan pertama, perbedaan Rh antara ibu dengan
bayinya tidak menimbulkan masalah, tetapi kontak antara darah ibu dan bayi pada
persalinan menyebabkan tubuh ibu membentuk antibodi. Akibatnya, resiko penyakit
hemolitik akan ditemukan pada kehamilan berikutnya. Tetapi setelah melahirkan
bayi dengan Rh-positif, biasanya pada ibu yang memiliki Rh-negatif diberikan immunoglobulin
Rh-nol-D, yang akan menghancurkan antibodi Rh. Karena itu, penyakit
hemolitik pada bayi jarang terjadi.
Seorang wanita yang
pernah mengalami pre-eklamsi atau eklamsi, kemungkinan akan mengalaminya lagi
pada kehamilan berikutnya, terutama jika diluar kehamilan dia menderita tekanan
darah tinggi menahun. Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan
kelainan genetik atau cacat bawaan, biasanya sebelum merencanakan kehamilan
berikutnya, dilakukan analisa genetik pada bayi dan kedua orangtuanya.
2.1.3. Kelainan struktur
Kelainan struktur pada
organ reproduksi wanita (misalnya rahim ganda atau leher rahim yang lemah) bisa
meningkatkan resiko terjadinya keguguran.
Untuk mengetahui adanya kelainan struktur, bisa dilakukan pembedahan diagnostik, USG atau rontgen. Fibroid (tumor jinak) di dalam rahim bisa meningkatkan resiko terjadinya.
Untuk mengetahui adanya kelainan struktur, bisa dilakukan pembedahan diagnostik, USG atau rontgen. Fibroid (tumor jinak) di dalam rahim bisa meningkatkan resiko terjadinya.
-
kelahiran
prematur
-
gangguan
selama persalinan
-
kelainan
letak janin
-
kelainan
letak plasenta
-
keguguran
berulang.
2.1.4. Keadaan kesehatan
Keadaan kesehatan
tertentu pada wanita hamil bisa membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya.
Keadaan kesehatan yang sangat penting adalah:
-
Tekanan
darah tinggi menahun
-
Penyakit
ginjal
-
Diabetes
-
Penyakit
jantung yang berat
-
Penyakit
sel sabit
-
Penyakit
tiroid
-
Lupus
-
Kelainan
pembekuan darah.
2.1.5. Riwayat keluarga
Riwayat adanya
keterbelakangan mental atau penyakit keturunan lainnya di keluarga ibu atau
ayah menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya kelainan tersebut pada
bayi yang dikandung. Kecenderungan memiliki anak kembar juga sifatnya
diturunkan.
2.2.Faktor Risiko Selama Kehamilan
Seorang wanita hamil
dengan resiko rendah bisa mengalami suatu perubahan yang menyebabkan
bertambahnya resiko yang dimilikinya.
Dia mungkin terpapar
oleh teratogen (bahan yang bisa menyebabkan cacat bawaan), seperti radiasi,
bahan kimia tertentu, obat-obatan dan infeksi; atau dia bisa mengalami kelainan
medis atau komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan.
2.2.1 Obat-obatan atau infeksi
Obat-obatan yang
diketahui bisa menyebabkan cacat bawaan jika diminum selama hamil adalah:
- Alkohol
- Phenitoin
- Obat-obat yang kerjanya melawan asam folat
(misalnya triamteren atau trimethoprim)
- Lithium
- Streptomycin
- Tetracyclin
- Talidomide
- Warfarin.
Infeksi yang bisa menyebabkan cacat bawaan
adalah:
- Herpes simpleks
- Hepatitis virus
- Influenza
- Gondongan
- Campak Jerman (rubella)
- Cacar air (varisela)
- Sifilis
- Listeriosis
- Toksoplasmosis
- Infeksi oleh virus coxsackie atau
sitomegalovirus.
Merokok berbahaya bagi
ibu dan janin yang dikandungnya, tetapi hanya sekitar 20% wanita yang berhenti
merokok selama hamil. Efek yang paling sering terjadi akibat merokok selama
hamil adalah berat badan bayi yang rendah. Selain itu, wanita hamil yang
merokok juga lebih rentan mengalami:
-
komplikasi
plasenta
-
ketubah
pecah sebelum waktunya
-
persalinan
premature
-
infeksi
rahim.
Seorang wanita hamil
yang tidak merokok sebaiknya menghindari asap rokok dari orang lain karena bisa
memberikan efek yang sama terhadap janinnya. Cacat bawaan pada jantung, otak
dan wajah lebih sering ditemukan pada bayi yang ibunya merokok.
Merokok selama hamil
juga bisa menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya sindroma kematian bayi
mendadak. Selain itu, anak-anak
yang dilahirkan oleh ibu perokok bisa mengalami kekurangan yang sifatnya ringan
dalam hal pertumbuhan fisik, perkembangan intelektual dan perilaku. Efek ini
diduga disebabkan oleh karbon monoksida (yang menyebabkan berkurangnya pasokan
oksigen ke jaringan tubuh) dan nikotin (yang merangsang pelepasan hormon yang
menyebabkan pengkerutan pembuluh darah yang menuju ke plasenta dan rahim).
Mengkonsumsi alkohol
selama hamil bisa menyebabkan cacat bawaan.
Sindroma alkohol pada janin merupakan salah satu akibat utama dari pemakaian alkohol selama hamil. Sindroma ini ditandai dengan:
Sindroma alkohol pada janin merupakan salah satu akibat utama dari pemakaian alkohol selama hamil. Sindroma ini ditandai dengan:
-
keterbelakangan
pertumbuhan sebelum atau sesudah lahir
-
kelainan
wajah
-
mikrosefalus (ukuran kepala lebih kecil), yang
kemungkinan disebabkan oleh pertumbuhan otak yang dibawah normal
-
kelainan
perkembangan perilaku.
Sindroma alkohol pada
janin seringkali menyebabkan keterbelakangan mental. Selain itu, alkohol juga
bisa menyebabkan keguguran dan gangguan perilaku yang berat pada bayi maupun
anak yang sedang tumbuh (misalnya perilaku antisosial dan kurang
memperhatikan).
Resiko terjadinya
keguguran pada wanita hamil yang mengkonsumsi alkohol adalah 2 kali lipat,
terutama jika wanita tersebut adalah peminum berat. Berat badan bayi yang
dilahirkan berada di bawah normal, yaitu rata-rata 2 kg. Suatu pemeriksaan
laboratorium yang sensitif dan tidak memerlukan biaya besar, yaitu kromatografi,
bisa digunakan untuk mengetahui pemakaian heroin, morfin, amfetamin,
barbiturat, kodein, kokain, marijuana, metadon atau fenotiazin pada wanita
hamil.
Wanita yang
menggunakan obat suntik memiliki resiko tinggi terhadap:
- Anemia
- Bakteremia
- Endokarditis
- Abses kulit
- Hepatitis
- Flebitis
- Pneumonia
- Tetanus
- Penyakit menular seksual (termasuk AIDS).
Sekitar 75% bayi yang
menderita AIDS, ibunya adalah pemakai obat suntik atau pramuria. Bayi-bayi
tersebut juga memiliki resiko menderita penyakit menular seksual lainnya,
hepatitis dan infeksi. Pertumbuhan mereka di dalam rahim kemungkinan mengalami
kemunduran dan mereka bisa lahir prematur. Kokain merangsang sistem saraf
pusat, bertindak sebagai obat bius lokal dan menyebabkan pengkerutan pembuluh
darah. Pembuluh darah yang mengkerut bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah
sehingga kadang janin tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Berkurangnya aliran
darah dan oksigen bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan berbagai organ dan
biasanya menyebabkan cacat kerangka serta penyempitan sebagian usus.
Pemeriksaan air kemih
untuk mengatahui adanya kokain biasanya dilakukan jika:
-
seorang
wanita hamil tiba-tiba menderita tekanan darah tinggi yang berat
-
terjadi
perdarahan akibat pelepasan plasenta sebelum waktunya
-
terjadi
kematian dalam kandungan yang sebabnya tidak diketahui.
31% dari wanita pemakai kokain mengalami persalinan prematur, 19% melahirkan bayi yang pertumbuhannya terhambat dan 15% mengalami pelepasan plasenta sebelum waktunya.
31% dari wanita pemakai kokain mengalami persalinan prematur, 19% melahirkan bayi yang pertumbuhannya terhambat dan 15% mengalami pelepasan plasenta sebelum waktunya.
Jika pemakaian kokain
dihentikan setelah trimester pertama, maka resiko persalinan prematur dan
pelepasan plasenta sebelum waktunya tetap meningkat, tetapi pertumbuhan
janinnya normal.
2.2.2. Keadaan kesehatan
Tekanan darah tinggi
pada wanita hamil bisa disebabkan oleh kehamilan atau keadaan lain. Tekanan
darah tinggi di akhir kehamilan bisa merupakan ancaman serius terhadap ibu dan
bayinya dan harus segera diobati. Jika seorang wanita hamil pernah menderita
infeksi kandung kemih, maka dilakukan pemeriksaan air kemih pada awal
kehamilan. Jika ditemukan bakteri, segera diberikan antibiotik untuk mencegah
infeksi ginjal yang bisa menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah
sebelum waktunya. Infeksi vagina oleh bakteri selama hamil juga bisa
menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya. Untuk
mencegah terjadinya hal tersebut, diberikan antibiotik.
Penyakit yang
menyebabkan demam (suhu lebih tinggi dari 39,4° Celsius) pada trimester pertama
menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya keguguran dan kelainan sistem
saraf pada bayi. Demam pada trimester terakhir menyebabkan meningkatnya
kemungkinan terjadinya persalinan prematur.
2.2.3. Komplikasi kehamilan
1.
Inkompatibilitas Rh
Ibu dan janin yang dikandungnya bisa memiliki
jenis darah yang tidak sesuai. Yang paling sering terjadi adalah
inkompatibilitas Rh, yang bisa menyebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru
lahir. Penyakit hemolitik bisa terjadi jika ibu memiliki Rh-negatif, ayah
memiliki Rh-positif, janin memiliki Rh-positif dan tubuh ibu membuat antibodi
untuk melawan darah janin. Jika seorang ibu hamil memiliki Rh-negatif, maka
dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap janin setiap 2 bulan. 12
Resiko pembentukan antibodi ini meningkat
pada keadaan berikut:
-
setelah terjadinya
perdarahan dimana darah ibu dan darah janin bercampur
-
setelah pemeriksaan
amniosentesis
-
dalam waktu 72 jam setelah
melahirkan bayi dengan Rh-positif.
Pada saat ini dan pada kehamilan 28 minggu, diberikan imunoglobulin Rh-nol-D kepada ibu, yang akan menghancurkan antibodi Rh.12
Pada saat ini dan pada kehamilan 28 minggu, diberikan imunoglobulin Rh-nol-D kepada ibu, yang akan menghancurkan antibodi Rh.12
2.
Perdarahan
Penyebab perdarahan paling sering pada trimester ketiga adalah:
Penyebab perdarahan paling sering pada trimester ketiga adalah:
-
Kelainan letak plasenta
-
Pelepasan plasenta sebelum
waktunya
-
Penyakit pada vagina atau
leher rahim (misalnya infeksi).
Perdarahan pada trimester ketiga memiliki resiko terjadinya kematian bayi, perdarahan hebat dan kematian ibu pada saat persalinan.
Untuk menentukan penyebab terjadinya perdarahan bisa dilakukan pemeriksaan USG, pengamatan leher rahim dan Pap smear.12
Perdarahan pada trimester ketiga memiliki resiko terjadinya kematian bayi, perdarahan hebat dan kematian ibu pada saat persalinan.
Untuk menentukan penyebab terjadinya perdarahan bisa dilakukan pemeriksaan USG, pengamatan leher rahim dan Pap smear.12
3.
Kelainan pada cairan ketuban
Air ketuban yang terlalu banyak akan
menyebabkan peregangan rahim dan menekan diafragma ibu. Hal ini bisa
menyebabkan gangguan pernafasan yang berat pada ibu atau terjadinya persalinan
prematur. Air ketuban yang terlalu banyak cenderung terjadi pada:
-
ibu yang menderita diabetes
yang tidak terkontrol
-
kehamilan ganda
-
inkompatibilitas Rh
-
bayi dengan cacat bawaan
(misalnya penyumbatan kerongkongan atau kelainan sistem saraf).
Air ketuban yang
terlalu sedikit ditemukan pada:
-
bayi yang memiliki cacat
bawaan pada saluran kemih
-
bayi yang mengalami hambatan
pertumbuhan
-
bayi yang meninggal di dalam
kandungan.12
4.
Persalinan prematur
Persalinan prematur lebih
mungkin terjadi pada keadaan berikut:
-
ibu memiliki kelainan
struktur pada rahim atau leher rahim
-
perdarahan
-
stress fisik atau mental
-
kehamilan ganda
-
ibu pernah menjalani
pembedahan rahim.
Persalinan prematur
seringkali terjadi jika:
-
bayi berada dalam posisi
sungsang
-
plasenta terlepas dari rahim
sebelum waktunya
-
ibu menderita tekanan darah
tinggi
-
air ketuban terlalu banyak
-
ibu menderita pneumonia,
infeksi ginjal atau apendisitis.12
5.
Kehamilan ganda
Kehamilan
lebih dari 1 janin juga bisa menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya
cacat bawaan dan kelainan pada saat persalinan.12
6.
Kehamilan lewat waktu
Pada
kehamilan yang terus berlanjut sampai lebih dari 42 minggu, kemungkinan
terjadinya kematian bayi adalah 3 kali lebih besar.12
III.
TANDA BAHAYA KEHAMILAN RISIKO TINGGI
Perdarahan
·
Perdarahan
pada hamil muda dapat menyebabkan keguguran
·
Perdarahan
pada hamil tua dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan
Bengkak di kaki/ tangan/ wajah, dan sakit kepala disertai kejang
·
Bengkak
atau sakit kepala pada ibu hamil dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi
dalam kandungan
Demam tinggi
·
Demam
tinggi bisa membahayakan keselamatan jiwa ibu, menyebabkan keguguran atau
kelahiran kurang bulan
Keluar air ketuban sebelum waktunya
·
Tanda
adanya gangguan pada kehamilan dan dapat membahayakan bayi dalam kandungan
Bayi dalam kandungan tidak bergerak
·
Keadaan
ini tanda bahaya pada janin
Ibu muntah terus dan tidak mau makan
·
Keadaan
ini akan membahayakan kesehatan ibu
IV.
BAHAYA YANG DAPAT DITIMBULKAN
- Bayi lahir belum cukup bulan.
- Bayi lahir dengan berat kahir rendah (BBLR).
- Keguguran (abortus).
- Persalinan tidak lancar / macet.
- Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.
- Janin mati dalam kandungan.
- Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.
- Keracunan kehamilan/kejang-kejang.
- Bayi lahir dengan berat kahir rendah (BBLR).
- Keguguran (abortus).
- Persalinan tidak lancar / macet.
- Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.
- Janin mati dalam kandungan.
- Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.
- Keracunan kehamilan/kejang-kejang.
V.
DETEKSI KEHAMILAN RESIKO TINGGI
Melakukan pemeriksaan
kehamilan secara rutin di dokter/bidan terdekat.
VI.
PENCEGAHAN
Kehamilan risiko
tinggi dapat dicegah dan diatasi dengan baik bila gejalanya ditemukan sedini
mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikinya, dan kenyataannya, banyak
dari faktor resiko ini sudah dapat diketahui sejak sebelum konsepsi terjadi.
Jadi semakin dini masalah dideteksi, semakin baik untuk memberikan penanganan kesehatan bagi ibu hamil maupun bayi. Juga harus diperhatikan bahwa pada beberapa kehamilan dapat mulai dengan normal, tetapi mendapatkan masalah kemudian.
Jadi semakin dini masalah dideteksi, semakin baik untuk memberikan penanganan kesehatan bagi ibu hamil maupun bayi. Juga harus diperhatikan bahwa pada beberapa kehamilan dapat mulai dengan normal, tetapi mendapatkan masalah kemudian.
- Sangat penting bagi
setiap ibu hamil untuk melakukan ANC (Antenatal Care) atau pemeriksaan
kehamilan secara teratur, yang bermanfaat untuk memonitor kesehatan ibu hamil
dan bayinya. Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke
Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit, paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.
- Dengan mendapatkan imunisasi TT 2X.
- Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering dan lebih intensif.
- Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna.
- Hindari rokok, alkohol, dll
- Dengan mendapatkan imunisasi TT 2X.
- Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering dan lebih intensif.
- Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna.
- Hindari rokok, alkohol, dll
Cara mencegah kehamilan risiko tinggi
- Usia hamil tidak kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
- Rencanakan jumlah anak 2 orang saja.
- Hindari jarak kehamilan terlalu dekat atau terlalu jauh.
- Memeriksa kehamilan secara teratur kepada tenaga kesehatan.
- Menggunakan alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan.
- Melahirkan denan pertolongan tenaga kesehatan.
tolong disertakan sumbernya
BalasHapustrims
mbk, apa tidak ada lampiran dapusnya?
BalasHapusterima kasih
Referensi dari materinya??
BalasHapusyang butuh SAP dan leaflat kunjungi juga http://pustakaperawatku.blogspot.co.id/2017/02/sap-angka-kematian-ibu.html
BalasHapus