via Scribd
via DropBox
TUGAS ASKEB IV
“ASUHAN
KEBIDANAN PATOLOGI
LETAK
SUNGSANG”
Dosen : Ibu Miatuningsih Dip. Mw
Disusun Oleh
NON
REGULER / KELOMPOK 2
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
PRODI Kebidanan sutomo SURABAYA
2010/2011
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Alhamdulillaahirabbil’alaamiin,
puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
limpahan rahmat, karunia dan hidayahNya-lah kami dapat menyelesaikan makalah”Teori Persalinan Letak Sungsang” ini.
Selain
bertujuan untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Askeb IV (Patologi Kebidanan I), makalah ini juga disusun dengan
maksud agar pembaca dapat memperluas ilmu dan pengetahuan tentang bagaiaman
teori tentang persalinan letak sungsang .
Kami
juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu Miatuningsih, DipMW, S.Pd selaku Dosen Mata Kuliah Asuhan Askeb IV
yang telah membimbing kami. Tak lupa pula ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas
makalah ini.
Kritik
dan saran selalu kami harapkan demi penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca dan dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Surabaya
, Maret 2011
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
Kata
Pengantar ………………………………………………………………….. i
Daftar
Isi …………………………………………………………………….… ii
BAB
I.
PENDAHULUAN................................................................................. 1
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi...............................................................................................................4
2.2
Klasifikasi Letak
Sungsang................................................................................5
2.3
Etiologi............................................................................................................. ..5
2.4
Patofisiologi .......................................................................................................7
2.5
Diagnosa .............................................................................................................7
2.6
Penanganan Selama Kehamilan .........................................................................8
2.7
Mekanisme Persalinan ........................................................................................9
Daftar
Pustaka...................................................................................................... 31
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kematian perinatal langsung yang disebabkan karena persalinan presentasi
bokong sebesar 4-5kali dibanding presentasi kepala. Sebab kematian perinatal
pada persalinan presentasi bokongyang terpenting adalah prematuritas dan
penanganan persalinan yang kurang sempurna, denganakibat hipoksia atau
perdarahan di dalam tengkorak. Trauma lahir pada presentasi bokongbanyak
dihubungkan dengan usaha untuk mempercepat persalinan dengan
tindakan-tindakanuntuk mengatasi macetnya persalinan. Letak sungsang merupakan
keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundusuteri dan bokong
berada di bagian bawah kavum uteri (2). Tipe letak sungsang yaitu:
Frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi ; Complete breech (5-10%)
yaitu tungkai atas luruskeatas, tungkai bawah ekstensi ; Footling (10-30%)
yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi,presentasi kaki. Letak sungsang
terjadi pada 3-4% dari seluruh persalinan. Kejadian letak sungsang
berkurangdengan bertambahnya usia kehamilan. Letak sungsang pada usia kehamilan
kurang dari 28minggu sebesar 25%, pada kehamilan 32 minggu 7% dan, 1-3% pada
kehamilan aterm.
Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan
yang ada. Terjadinya letak sungsang berkurang dengan bertambahnya umur
kehamilan. Letak sungsang terjadi pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum
umur kehamilan 28 minggu, terjadi pada 7% persalinan yang terjadi pada minggu
ke 32 dan terjadi pada 1-3% persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm.
Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang
diantaranya adalah multiparitas, kehamilan kembar, hidramnion, hidrosefalus,
plasenta previa, panggul sempit, dan kadang-kadang letak sungsang disebabkan
oleh kelainan uterus dan kelainan bentuk uterus. Baik ibu maupun janin dengan
letak sungsang memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan letak
kepala. Manipulasi secara manual dalam jalan lahir akan memperbesar risiko
infeksi pada ibu. Pada janin, mortalitas tiga kali lebih besar dibandingkan
dengan presentasi verteks, hal ini disebabkan karena setelah sebagian janin
lahir maka uterus akan berkontraksi yang berakibat pada gangguan sirkulasi
uteroplasenta, janin akan bernafas, dan terjadilah aspirasi air ketuban,
mekonium, lendir dan darah. Untuk menegakkan diagnosis letak sungsang
diperlukan beberapa hal, yaitu anamnesis yang komunikatif dan terarah,
pemeriksaan fisik yang teliti dan seksama, dan penunjang diagnosis dalam hal
ini yaitu pemeriksaan ultrasonografi yang sangat membantu diagnosis dan
pelaksanaan terapi serta intervensi lebih dini bisa dilakukan. Dalam kehamilan,
mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang
dihindarkan. Untuk itu bila pada waktu pemeriksaan antenatal dijumpai letak
sungsang, terutama pada primigravida, hendaknya diusahakan melakukan versi luar
menjadi presentasi kepala. Sedangkan dalam persalinan, untuk menolong
persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan kesabaran
dibandingkan dengan persalinan presentasi kepala. Selama terjadi kemajuan
persalinan dan tidak ada tanda-tanda bahaya yang mengancam kehidupan janin,
maka penolong tidak perlu melakukan tindakan yang bertujuan untuk mempercepat
kelahiran janin. Letak sungsang ini akan memerlukan teknik persalinan yang
berbeda dengan persalinan letak kepala baik dalam persalinan pervaginam maupun
sectio cesarea. Persalinan pervaginam sungsang terdiri dari tiga jenis yakni
spontan, manual aid dan total ekstraksi dimana semuanya memiliki resiko
terutama pada fetal seperti asfiksi dan lainnya sedangkan indikasi untuk
melakukan section cesarea pada letak sungsang sama dengan indikasi umum section
cesarea secara umum.( Rayburn, William F. Dkk.2001.Obstetri dan Ginekologi.
Widya Medika. Jakarta )
Khusus pada persalinan pervaginam, terdapat beberapa
teknik atau perasat yang digunakan pada situasi berbeda pada letak sungsang,
namun semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu melahirkan bayi dengan selamat.
Ada beberapa komplikasi yang mungkin timbul dalam persalinan sungsang yang
dapat mempengaruhi prognosis ibu dan bayi yang dilahirkan yang sedapat mungkin
dihindari dengan cara menguasai teknik persalinan sungsang dengan baik guna
mencapai “well born baby” dan “well health mother”. (http://www.scribd.com/doc/51013171/Persalinan-LETAK-SUNGSANG
oleh bidan Febri)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah membaca makalah ini, di harapkan
mahasiswa dapat memahami tentang persalinan letak sungsang dan dapat
memberikana asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan letak sungsang.
1.2.2 Tujuan
khusus
a. Mahasiswa dapat
menjelaskan Definisi letak sungsang
b. Mahasiswa dapat
menjelaskan etiologi letak sungsang
c. Mahasiswa dapat
menjelaskan manifestasi klinis letak sungsang
d. Mahasiswa dapat
menjelaskan patofisiologi letak sungsang
e. Mahasiswa dapat
menyebutkan pemeriksaan penunjang letak sungsang
g. Mahasiswa dapat
menerapkan penatalaksanaan persalinan letak sungsang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP PERSALINAN LETAK SUNGSANG
2.1
Definisi
Persalinan adalah proses pengeluaran
hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah cukup bulan atau hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, 1998 : 157)
Persalinan adalah
serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan
atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin
dari tubuh ibu. (Obstetri Fisiologi hal: 221)
Letak sungsang adalah letak
memanjag dengan bokong sebagai bagian yang terendah (presentasi bokong ). (
Obstetri Patologi hal: 169)
Persalinan adalah persalinan untuk
melahirkan janin yang membujur dalam uterus dengan bokong atau kaki pada bagian
bawah dimana bokong atau kaki akan dilahirkan terlebih dahulu daripada anggota
badan lainnya. (http://yatinem.wordpress.com /2009/02/22/asuhan-kebidanan-dengan-multigravida-letak-sungsang/)
Letak sungsang dimana janin yang
memanjang (membujur) dalam rahim kepala di fundus (Mochtar, 1998, 1998 : 350)
Letak sungsang pada persalinan justru
kepala yang merupakan bagian terbesar bayi akan lahir terakhir (Manuaba, 1998 :
360)
Letak sungsang adalah dimana janin
terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian
bawah cavum uteri (Sarwono P, 1992 : 606)
Letak
sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. (http://obsgin-fkunram.blogspot.com/2009/02/letak-sungsang.html
)
Persalinan letak
sungsang adalah persalinan untuk melahirkan janin yang membujur
dalam uterus dengan bokong atau kaki pada bagian bawah dimana bokong atau kaki
akan dilahirkan terlebih dahulu daripada anggota badan lainnya. (http://imadeharyoga.com/2008/10/penanganan-untuk-kehamilan-dan-persalinan-letak-sungsang/)
Letak sungsang merupakan keadaan di mana
janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri (wiknjosastro, 2008 : 606).
Presentasi sungsang terjadi bila bokong
atau tungakai janin berpresentasi ke dalam pelvis ibu (Hacker, 2001 : 254)
2.2
Klasifikasi Letak Sungsang
Letak
sungsang sendiri dibagi menjadi:
Letak bokong Murni
: presentasi bokong murni, dalam bahasa Inggris “Frank Breech“. Bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan
kedua tungkai lurus ke atas.
Letak bokong kaki
(presentasi bokong kaki) disamping bokong teraba kaki dalam bahasa Inggris “Complete Breech”. Disebut letak bokong
kaki sempurna atau tidak sempurna kalau disamping bokong teraba kedua kaki atau
satu kaki saja.
Letak lutut
(presentasi lutut) dan letak kaki (presentasi kaki) dalam bahasa Inggris kedua letak
tersebut disebut “Incomplete Breech”. Tergantung pada terabanya kedua kaki atau
lutut atau hanya teraba satu kaki atau lutut disebut letak kaki atau lutut
sempurna dan letak kaki atau lutut tidak sempurna.( Obstetri Patologi hal :169
)
Dari
letak – letak tersebut, letak bokong murni paling sering dijumpai. Punggung
biasanya terdapat kiri depan. Frekwensi letak sungsang lebih tinggi pada
kehamilan muda dibandingkan dengan kehamilan aterm dan lebih banyak pada
multigravida daripada primigravida.
2.3
Etiologi
Faktor-faktor yang memegang peranan
dalam terjadinya letak sungsang
diantaranya ialah prematuritas,
rnultiparitas, hamil kembar, hidramnion,
hidrosefalus, plasenta previa dan
panggul sempit. Kadang-kadang juga
disebabkan oleh kelainan uterus (seperti
fibroid) dan kelainan bentuk uterus
(malformasi). Plasenta yang terletak
didaerah kornu fundus uteri dapat pula
menyebabkan letak sungsang, karena
plasenta mengurangi
luas ruangan di daerah
fundus. Kelainan fetus juga dapat menyebabkan letak sungsang seperti malformasi
CNS, massa di leher, aneuploid.
Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah:
·
Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang
lonjong,
·
Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar
·
Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke
dalam pintu atas panggul.
·
Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus,
karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
·
Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau
tidak ada, misalnya pada panggulsempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor –
tumor pelvis dan lain – lain.
·
Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion,
multipara
·
Gemeli (kehamilan ganda)
·
Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis,
mioma uteri.
·
Janin sudah lama mati.
·
Sebab yang tidak diketahui.
Penyebab letak sungsang dapat berasal dari:
1. Sudut Ibu
a. Keadaan
rahim
1) Rahim arkuatus
2) Septum pada rahim
3) Uterus dupleks
4) Mioma bersama kehamilan
b. Keadaan plasenta
1) Plasenta letak rendah
2) Plasenta previa
c. Keadaan jalan lahir
1) Kesempitan panggul
2) Deformitas tulang panggul
3) Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala
2. Sudut janin
Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang :
1) Tali
pusat pendek atau lilitan tali pusat
2) Hedrosefalus
atau anesefalus
3) Kehamilan
kembar
4)
Hidroamnion atau aligohidromion
5)
Prematuritas
Dalam keadaan normal, bokong mencapai tempat yang
lebih luas sehingga terdapat kedudukan letak kepala. Disamping itu kepala janin
merupakan bagian terbesar dan keras serta palinglambat. Melalui hukum gaya
berat, kepala janin akan menuju kearah pintu atas panggul. Dengangerakan kaki
janin, ketegangan ligamentum fatundum dan kontraksi braxson hicks, kepala janin
berangsur-angsur masuk ke pintu atas panggul. (Manuaba, 1998 :
361 )
2.4
Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada
proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai
kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat
menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan
cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua
tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk
menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada
ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang
lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar
ditemukan dalam presentasi kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu.
Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang.
2.5
Diagnosa
Diagnosis letak bokong dapat
ditentukan dengan persepsi gerakan janin oleh ibu, pemeriksaan
Leopold, auskultasi denyut jantung janin di atas umbilikus, pemeriksaan dalam,
USG dan Foto sinar-X. Pergerakan anak teraba oleh ibu di bagian perut bawah,
di bawah pusat, dan ibu sering merasa benda keras ( kepala ) mendesak tulang
iga.
Antara tonjolan tulang tadi dapat
diraba anus dan genitalia anak, tapi jenis kelamin anak hanya dapat ditentukan
kalau oedem tidak terlalu besar.
Terutama kalau caput succedaneum besar, bokong harus dibedakan dari muka
karena kedua tulang pipi dapat menyerupai tubera ossis ischii, dagu menyerupai
jung os sacrum sedangkan mulut disangka anus.
Yang menentukan ialah bentuk os sacrum yang menyerupai deretan processi
spinosi yang disebut crista sacralis media. (Mochtar, 1998 : 352)
·
Palpasi
Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
Punggung anak dapat diraba pada salah satu sisi perut dan bagian – bagian kecil
pada pihak yang berlawanan. Di atas symphyse teraba bagian yang kurang bundar
dan lunak.
· Auskultasi
DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih
tinggi dan pusat. Bunyi jantung terdengar pada punggung anak setinggi
pusat..
· Pemeriksaan
dalam
Dapat diraba os sakrum, tuber ischii dan anus,
kadang-kadang kaki (pada letak kaki). Kalau pembukaan sudah besar maka
pada pemeriksaan dalam dapat teraba 3 tonjolan tulang ialah tubera ossis ischii
dan ujung os sacrum sedangkan os sacrum dapat dikenal sebagai tulang meruncing
dengan deretan processi spinosi di tengah – tengah tulang tersebut.
· Pemeriksaan
foto rontgen : Bayangan kepala pada fundus.
2.6
Penanganan Selama Kehamilan
Mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam
letak sungsang dihindari. Untuk itu bila pada waktu antenatal ditemukan letak
sungsang hal yang harus dilakukan adalah:
·
Beritahu hasil pemeriksaan yang
sebenarnya, jelaskan pada pasien mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi
dengan letak sungsang.
·
Beri konseling mengenai gerakan
knee-cheest, yaitu meletakkan kepala diantara kedua tangan lalu menoleh
ke samping kiri atau kanan, kemudian turunkan badan sehingga dada menyentuh
kasur dengan menggeser siku sejauh mungkin. Kegunaan gerakan ini adalah untuk
mempertahankan atau memperbaiki posisi janin agar bagian kepala janin tetap
berada di bawah. Gerakan ini disebut juga sebagai gerakan “anti
sungsang”
·
Jika diketahui janin letak sungsang pada
usia kehamilan kurang dari 34 minggu tidak perlu dilakukan intervensi apapun,
karena janin masih cukup kecil dan cairan amnion masih cukup banyak sehingga
kemungkinan besar janin masih dapat memutar dengan sendirinya.
·
Lakukanlah rujukan atau kolaborasi dengan
dokter kandungan untuk melakukan USG pada usia kehamilan 35-36 minggu. Untuk
mengetahui presentasi janin, mengetahui jumlah cairan amnion, letak plasenta
dan keadaan plasentanya.
·
Konseling kepada ibu mengenai pilihan untuk melahirkan
jika saat umur kehamilan 35-36 minggu bagian terendah janin bukan kepala.
·
Konseling dan diskusikan mengenai kelebihan dan
kekurangan dari masing-masing pilihan persalinan tersebut.
2.7
Mekanisme Persalinan
Jenis persalinan pada
presentasi sungsang ada 2, yaitu pervaginam dan Sectio Caesarea :
1)
Pervaginam
Terdapat perbedaan dasar antara persalinan pada
presentasi sungsang dengan persalinan pada presentasi belakang kepala. Pada presentasi
belakang kepala, bila kepala sudah lahir maka sisa tubuh janin akan mengalami
proses persalinan selanjutnya dan umumnya tanpa kesulitan.
Pada presentasi sungsang, lahirnya bokong dan bagian
tubuh janin tidak selalu dapat diikuti dengan persalinan kepala secara spontan.
Dengan demikian maka pertolongan persalinan sungsang pervaginam memerlukan
keterampilan khusus dari penolong persalinan. Engagemen dan desensus bokong
terjadi melalui masuknya diameter bitrochanteric bokong melalui diameter oblique
panggul.
Panggul anterior anak umumnya mengalami desensus
lebih cepat dibandingkan panggul posterior.
Pada saat bertemu dengan tahanan jalan lahir terjadi
putar paksi dalam sejauh 450 dan diikuti dengan pemutaran panggul
anterior kearah arcus pubis sehingga diameter bi-trochanteric menempati
diameter antero-posterior pintu bawah panggul.
Setelah putar paksi dalam, desensus bokong terus
berlanjut sampai perineum teregang lebih lanjut oleh bokong dan panggul
anterior terlihat pada vulva. Melalui gerakan laterofleksi tubuh janin, panggul
posterior lahir melalui perineum.
Tubuh anak menjadi lurus ( laterofleksi berakhir )
sehingga panggul anterior lahir dibawah arcus pubis. Tungkai dan kaki dapat
lahir secara spontan atau atas bantuan penolong persalinan. Setelah bokong
lahir, terjadi putar paksi luar bokong sehingga punggung berputar keanterior
dan keadaan ini menunjukkan bahwa saat itu diameter bisacromial bahu sedang
melewati diameter oblique pintu atas panggul.
Bahu selanjutnya mengalami desensus dan mengalami
putar paksi dalam sehingga diameter bis-acromial berada pada diameter
antero-posterior jalan lahir.
Segera setelah bahu, kepala anak yang umumnya dalam
keadaan fleksi maksimum masuk panggul melalui diameter oblique dan kemudian
dengan cara yang sama mengalami putar paksi dalam sehingga bagian tengkuk janin
berada dibawah simfisis pubis. Selanjutnya kepala anak lahir melalui gerakan
fleksi.
Engagemen bokong dapat terjadi pada diameter
tranversal panggul dengan sacrum di anterior atau posterior. Mekanisme persalinan
pada posisi tranversal ini sama dengan yang sudah diuraikan diatas, perbedaan
terletak pada jauhnya putar paksi dalam ( dalam keadaan ini putar paksi dalam
berlangsung sejauh 900 ).
Kadang-kadang putar paksi dalam terjadi sedemikian
rupa sehingga punggung anak berada dibagian posterior dan pemutaran semacam ini
sedapat mungkin dicegah oleh karena persalinan kepala dengan dagu didepan akan
jauh lebih sulit bila dibandingkan dengan dagu di belakang selain itu dengan
arah pemutaran seperti itu kemungkinan terjadinya hiperekstensi kepala anak
juga sangat besar dan ini akan memberi kemungkinan terjadinya “after coming
head” yang amat besar.
Selama proses persalinan, resiko ibu dan anak jauh lebih besar dibandingkan
persalinan pervaginam pada presentasi belakang kepala.
Pada saat masuk kamar bersalin perlu dilakukan penilaian secara cepat dan
cermat mengenai : keadaan selaput ketuban, fase persalinan, kondisi janin serta
keadaan umum ibu. Dilakukan pengamatan cermat pada DJJ dan kualitas his dan
kemajuan persalinan. Persiapan tenaga penolong persalinan – asisten penolong
persalinan – dokter anak dan ahli anaesthesi.
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin
pervaginam, persalinan pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Persalinan spontan (spontaneous breech).
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri, tanpa tarikan
ataupun manipulasi selain menyangga bayi. Cara ini disebut cara Bracht.
b. Manual aid (partial breech axtraction; assisted breech delivery).
Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi
dengan tenaga penolong.
c. Ekstraksi sungsang (total breech extraction).
Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
Mekanisme persalinan sungsang pervaginam berlangsung melalui “seven
cardinal movement” yang terjadi pada masing-masing tahapan persalinan
sungsang pervaginam:
a. Persalinan Bokong
b. Persalinan Bahu
c. Persalinan Kepala
Persalinan sungsang pervaginam secara spontan (sungsang “Bracht”)
dibagi menjadi 3 tahap :
1. Fase Lambat Pertama
Tahapan persalinan dari bokong sampai umbilikus. Disebut fase lambat oleh
karena pada fase ini umumnya tidak terdapat hal-hal yang membahayakan jalannya
persalinan. Pada fase ini, penolong bersikap pasif menunggu jalannya
persalinan.
2. Fase Cepat
Tahapan persalinan dari umbilikus sampai mulut. Disebut fase cepat oleh
karena dalam waktu < 8 menit ( 1 – 2 kali kontraksi uterus ) fase ini harus
sudah berakhir. Pada fase ini, tali pusat berada diantara kepala janin dengan
PAP sehingga dapat menyebabkan terjadinya asfiksia janin.
3. Fase lambat Kedua
Tahapan persalinan dari mulut sampai seluruh kepala. Pertolongan pada tahap
persalinan ini tidak boleh tergesa-gesa oleh karena persalinan kepala yang
terlalu cepat pada presentasi sungsang dapat menyebabkan terjadinya dekompresi
kepala sehingga dapat menyebabkan perdarahan intrakranial.
Manuver untuk melahirkan BAHU DAN KEPALA :
Pertolongan persalinan secara Bracht
Bokong dan pangkal paha janin yang telah lahir
dipegang dengan 2 tangan, kemudian dilakukan hiperlordosis tubuh janin ke arah
perut ibu, sehingga lambat laun badan bagian atas, bahu, lengan dan kepala
janin dapat dilahirkan. Kemudian bayi diletakkan diperut ibu dan dilakukan
asuhan pada bayi baru lahir.
Pada manuver ini penolong sama sekali tidak melakukan
tarikan, dan hanya membantu melakukan proses persalinan sesuai dengan mekanisme
persalinan letak sungsang. Tetapi tidak selalu bahu dan kepala berhasil
dilahirkan, sehingga untuk mempercepat kelahiran bahu dan kepala dilakukan
manual aid atau manual hilfe.
Pertolongan dimulai setelah bokong nampak di vulva dengan penampang sekitar
5 cm. Suntikkan 5 unit oksitosin i.m dengan tujuan bahwa dengan 1–2 his
berikutnya fase cepat dalam persalinan sungsang spontan pervaginam akan
terselesaikan. Dengan menggunakan tangan yang dilapisi oleh kain setengah
basah, bokong janin dipegang sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong
berada pada bagian belakang pangkal paha dan empat jari-jari lain berada pada
bokong janin (gambar 1)
Pada saat ibu meneran, dilakukan gerakan mengarahkan punggung anak ke perut
ibu ( gerak hiperlordosis )sampai kedua kaki anak lahir . Setelah kaki lahir,
pegangan dirubah sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari sekarang berada pada
lipatan paha bagian belakang dan ke empat jari-jari berada pada pinggang janin (gambar
2)
Dengan pegangan tersebut, dilakukan gerakan hiperlordosis dilanjutkan (
gerak mendekatkan bokong anak pada perut ibu ) sedikit kearah kiri atau kearah
kanan sesuai dengan posisi punggung anak. Gerakan hiperlordosis tersebut terus
dilakukan sampai akhirnya lahir mulut-hidung-dahi dan seluruh kepala anak.
Pada saat melahirkan kepala, asisten melakukan tekanan suprasimfisis searah
jalan lahir dengan tujuan untuk mempertahankan posisi fleksi kepala janin.
Setelah anak lahir, perawatan dan pertolongan selanjutnya dilakukan seperti
pada persalinan spontan pervaginam pada presentasi belakang kepala.
Gambar 1 :
Pegangan panggul anak pada persalinan spontan Bracht
Gambar 2 Pegangan bokong anak pada
persalinan spontan Bracht
Prognosis :
·
Prognosis lebih buruk dibandingkan persalinan pada
presentasi belakang kepala.
Prognosa lebih buruk oleh karena :
·
Perkiraan besar anak sulit ditentukan sehingga sulit
diantisipasi terjadinya peristiwa “after coming head”.
·
Kemungkinan ruptura perinei totalis lebih sering
terjadi.
Sebab kematian anak:
·
Talipusat terjepit saat fase cepat.
·
Perdarahan intrakranial akibat dekompresi mendadak
waktu melahirkan kepala anak pada fase lambat kedua.
·
Trauma collumna vertebralis.
·
Prolapsus talipusat.
EKSTRAKSI
PARSIAL PADA PERSALINAN SUNGSANG PERVAGINAM atau manual aid, terdiri dari 3 tahapan :
1.
Bokong sampai umbilikus lahir secara spontan (pada
frank breech).
2.
Persalinan bahu dan lengan dibantu oleh penolong.
3.
Persalinan kepala dibantu oleh penolong.
Untuk melahirkan BAHU DAN LENGAN dapat dilakukan manuver klasik, muller
atau Lovset.
Gambar 3 Pegangan “Femuro Pelvic”
pada pertolongan persalinan sungsang pervaginam
Pegangan
pada panggul anak sedemikian rupa sehingga ibu jari penolong berdampingan pada
os sacrum dengan kedua jari telunjuk pada krista iliaka anterior superior ; ibu
jari pada sakrum sedangkan jari-jari lain berada didepan pangkal paha (gambar
3). Dilakukan traksi curam kebawah sampai menemui rintangan (hambatan) jalan
lahir.
Selanjutnya
bahu dapat dilahirkan dengan menggunakan salah satu dari cara-cara berikut:
Pengeluaran lengan secara Klasik/Deventer
Digunakan jika bahu masih tinggi. Pada dasarnya,
lengan kiri janin dilahirkan dengan tangan kiri penolong, sedangkan lengan
kanan janin dilahirkan dengan tangan kanan penolong. Kedua lengan dilahirkan
sebagai lengan belakang. Bokong dan pangkal paha yang telah lahir dipegang
dengan dua tangan, badan ditarik ke bawah sampai ujung bawah scapula depan
kelihatan dibawah simfisis. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan yang
bertentangan dengan lengan yang akan dilahirkan, tubuh janin ditarik ke atas,
sehingga perut janin kea rah perut ibu, tangan penolong yang satu dimasukkan ke
dalam jalan lahir dengan menelusuri punggung janin menuju ke lengan belakang
sampai fossa kubiti. Dua jari tangan tersebut ditempatkan sejajar dengan
humerus dan lengan belakang janin dikeluarkan dengan jari-jari tersebut. Untuk
mengeluarkan lengan depan, dada dan punggung janin dipegang dengan kedua
tangan, tubuh janin diputar untuk mengubah lengan depan supaya berada di
belakang tersebut dilahirkan dengan cara yang sama.
Cara klasik tersebut terutama dilakukan apabila lengan
depan menjungkit ke atas atau berada di belakang leher janin. Karena memutar
tubuh dapat membahayakan janin, maka bila lengan depan letaknya normal, cara
klasik dapat dilakukan tanpa memutar tubuh janin, sehingga lengan kedua tetap
dilahirkan sebagai lengan depan. Kedua kaki dipegang dengan tangan bertentangan
dengan lengan depan utnuk menarik tubuh janin ke bawah sehingga punggung janin
mengarah ke bokong ibu. Tangan yang lain menulusuri punggung janin menuju ke
lengan depan sampai fossa kubiti dan lengan depan dikeluarkan dengan dua jari
yang sejajar dengan humerus.
Melahirkan lengan belakang dahulu dan kemudian melahirkan lengan depan
dibawah simfisis.
Dipilih bila bahu tersangkut di pintu atas panggul.
Prinsip :
Melahirkan lengan belakang lebih dulu (oleh
karena ruangan panggul sebelah belakang/sacrum relatif lebih luas didepan ruang
panggul sebelah depan) dan kemudian melahirkan lengan depan dibawah arcus pubis
Tehnik :
Gambar 7
Melahirkan lengan belakang pada tehnik melahirkan bahu cara KLASIK
Gambar 8
Melahirkan lengan depan pada tehnik melahirkan bahu cara KLASIK
Kedua pergelangan kaki dipegang dengan ujung jari tangan kanan penolong
berada diantara kedua pergelangan kaki anak , kemudian di elevasi sejauh
mungkin dengan gerakan mendekatkan perut anak pada perut ibu.
Tangan kiri penolong dimasukkan kedalam jalan lahir, jari tengan dan
telunjuk tangan kiri menyelusuri bahu sampai menemukan fosa cubiti dan kemudian
dengan gerakan “mengusap muka janin ”, lengan posterior
bawah bagian anak dilahirkan.
Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diubah.
Dengan tangan kanan penolong, pergelangan kaki janin dipegang dan sambil
dilakukan traksi curam bawah melakukan gerakan seolah “mendekatkan punggung
janin pada punggung ibu” dan kemudian lengan depan dilahirkan dengan cara yang
sama.
Bila dengan cara tersebut pada no 3 diatas lengan depan sulit untuk
dilahirkan, maka lengan tersebut diubah menjadi lengan belakang dengan cara:
Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicekap dengan kedua tangan
penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong terletak dipunggung
anak dan sejajar dengan sumbu badan janin ; sedangkan jari-jari lain didepan
dada.
Dilakukan pemutaran tubuh anak kearah perut dan dada anak sehingga lengan
depan menjadi terletak dibelakang dan dilahirkan dengan cara yang sudah
dijelaskan pada no 2
Keuntungan : Umumnya selalu dapat dikerjakan pada persalinan bahu
Kerugian : Masuknya tangan kedalam jalan lahir meningkatkan resiko infeksi
Pengeluaran lengan secara Mueller
Digunakan jika bahu sudah berada dipintu bawah
panggul. Dengan kedua tangan pada bokong dan pangkal paha, tubuh janin ditarik
ke arah vertical ke bawah sampai bahu depan berada dibawah simpisis, kemudian
lengan depan dikeluarkan dengan cara yang kurang lebih sama dengan cara klasik.
Melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dibawah simfisis melalui
ekstraksi ; disusul melahirkan lengan belakang di belakang ( depan sacrum )
Dipilih bila bahu tersangkut di Pintu Bawah Panggul
Gambar 9 (kiri) Melahirkan bahu
depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila perlu dibantu dengan telunjuk jari
tangan kanan untuk mengeluarkan lengan depan
Gambar 10 (kanan) Melahirkan lengan
belakang (inset : mengait lengan atas dengan telunjuk jari tangan kiri
penolong)
Tehnik pertolongan persalinan bahu cara MüELLER:
Bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik”.
Dengan cara pegangan tersebut, dilakukan traksi curam bawah pada tubuh
janin sampai bahu depan lahir (gambar 9 ) dibawah arcus pubis dan
selanjutnya lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan depan bagian bawah.
Setelah bahu dan lengan depan lahir, pergelangan kaki dicekap dengan tangan
kanan dan dilakukan elevasi serta traksi keatas (gambar 10),, traksi dan
elevasi sesuai arah tanda panah) sampai bahu belakang lahir dengan sendirinya.
Bila tidak dapat lahir dengan sendirinya, dilakukan kaitan untuk melahirkan
lengan belakang anak (inset pada gambar 10)
Keuntungan penggunaan tehnik ini adalah oleh karena tangan penolong tidak
masuk terlalu jauh kedalam jalan lahir maka resiko infeksi berkurang.
Pengeluaran bahu secara Loevset
Digunakan jika lengan bayi terjungkit dibelakang
kepala. Dasar pemikiran cara loevset adalah bahu belakang janin selalu berada
lebih rendah daripada bahu depan karena lengkungan jalan lahir, sehingga bila
bahu belakang diputar ke depan dengan sendirinya akan lahir ke bawah simfisis.
Setelah sumbu bahu janin terletak dalam ukuran muka belakang, dengan
kedua tangan pada bokong, tubuh janin ditarik ke bawah sampai ujung bawah
scapula depan terlihat di bawah simfisis. Kemudian tubuh janin diputar dengan
cara memegang dada dan punggung oleh kedua tangan sampai bahu belakang tedapat
di depan dan tampak di bawah simfisis, dengan demikian lengan depan dapat
dikeluarkan dengan mudah. Bahu yang lain yang sekarang menjadi bahu belakang,
dilahirkan dengan memutar kembali tubuh janin ke arah yang berlawanan, sehingga
bahu belakang menjadi bahu depan dan lengan dapat dilahirkan dengan mudah.
Prinsip :
Memutar badan janin setengah lingkaran (1800) searah dan
berlawanan arah jarum jam sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu
yang semula dibelakang akan lahir didepan (dibawah simfsis).
Hal tersebut dapat terjadi oleh karena :
·
Adanya inklinasi panggul (sudut antara pintu atas
panggul dengan sumbu panggul)
·
Adanya lengkungan jalan lahir dimana dinding sebelah
depan lebih panjang dibanding lengkungan dinding sacrum disebelah belakang
Sehingga setiap saat bahu posterior akan berada pada posisi lebih rendah
dibandingkan posisi bahu anterior
Tehnik :
Gambar 4 Tubuh janin dipegang dengan
pegangan femuropelvik.
Dilakukan pemutaran 1800
sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu belakang menjadi bahu depan
dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan
Gambar 5 Sambil dilakukan traksi
curam bawah, tubuh janin diputar 1800 kearah yang berlawanan
sehingga bahu depan menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan
Gambar 6 Tubuh janin diputar kembali
1800 kearah yang berlawanan sehingga bahu belakang kembali menjadi
bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan
Keuntungan persalinan bahu dengan cara Lovset :
·
Tehnik sederhana.
·
Hampir selalu dapat dikerjakan tanpa melihat posisi
lengan janin.
·
Kemungkinan infeksi intrauterin minimal.
PERSALINAN KEPALA
Pengeluaran kepala secara Mauriceau (Viet Smellie)
Digunakan bila bayi dilahirkan secara manual aid atau
bila dengan bracht kepala belum lahir.
Badan janin dengan perut kebawah diletakkan pada
lengan kiri penolong. Jari tengah dimasukkan kedalam mulut janin sedangkan jari
telunjuk dan jari manis pada maksila, untuk mempertahankan supaya kepala janin
tetap dalam keadaan fleksi. Tangan kanan memegang bahu janin dari belakang
dengan jari telunjuk dan jaritangah berada disebelah kiri dan kanan leher.
Janin ditarik kebawah dengan tangankanan sampai suboksiput atau batas rambut
dibawah simpisis. Kemudian tubuh janin digerakkan ke atas, sedangkan tangan
kiri tetap mempertahankan fleksi kepala, sehingga muka lahir melewati perineum,
disusul oleh bagian kepala lain. Tangan kiri tidak boleh ikut menarik janin,
karena dapat menyebabkan perlukaan padda mulut dan muka janin.
Gambar 16 Tehnik Mouriceau
Dengan tangan penolong yang sesuai dengan arah menghadapnya muka janin,
jari tengah dimasukkan kedalam mulut janin dan jari telunjuk serta jari manis
diletakkan pada fosa canina.
Tubuh anak diletakkan diatas lengan anak, seolah anak “menunggang kuda”.
Belakang leher anak dicekap diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan
yang lain.
Assisten membantu dengan melakukan tekanan pada daerah suprasimfisis untuk
mempertahankan posisi fleksi kepala janin.
Traksi curam bawah terutama dilakukan oleh tangan yang dileher.
Cara Prague Terbalik
Dilakukan
bila occiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan muka janin menghadap
simfisis.
Satu tangan
mencekap leher dari sebelah belakang dan punggung anak diletakkan diatas
telapak tangan tersebut.
Tangan
penolong lain memegang pergelangan kaki dan kemudian di elevasi keatas sambil
melakukan traksi pada bahu janin sedemikian rupa sehingga perut anak mendekati
perut ibu.
Dengan
larynx sebagai hypomochlion kepala anak dilahirkan.
Gambar 17 Persalinan kepala dengan
tehnik Prague terbalik
Pengeluaran kepala dengan menggunakan cunam piper
Cara ini dianggap lebih baik karena dengan cunam, tarikan dilakukan
terhadap kepala, sedangkan dengan cara Mauriceau tarikan dilakukan pada leher.
Kedua kaki janin dipegang oleh asisten dan diangkat ke atas, kemudian cunam
dipasang melintang terhadap kepala dan melintang terhadap panggul. Cunam
ditarik curam ke bawah sampai batas rambut dan suboksiput berada di bawah simfisis,
dengan suboksiput sebagai titik pemutaran, cunam berangsur diarahkan mendatar
dank e atas, sehingga muka janin dilahirkan melewati perineum, disusul oleh
bagian kepala yang lain.
Komplikasi persalinan sungsang pervaginam
· Komplikasi ibu:
1. Perdarahan
2. Trauma jalan lahir
3. Infeksi
· Komplikasi
anak:
1. Sufokasi / aspirasi :
Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan rongga
uterus yang menyebabkan gangguan sirkulasi dan menimbulkan anoksia. Keadaan ini
merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga menyebabkan
terjadinya aspirasi.
2. Asfiksia :
Selain hal diatas, anoksia juga disebabkan oleh terjepitnya talipusat pada
fase cepat.
3. Trauma intrakranial:
Terjadi sebagai akibat :
ü Panggul sempit
ü Dilatasi servik belum maksimal (after coming head)
ü Persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua terlalu cepat)
ü Fraktura / dislokasi:
·
Terjadi akibat persalinan sungsang secara
operatif
·
Fraktura tulang kepala
·
Fraktura humerus
·
Fraktura klavikula
·
Fraktura femur
·
Dislokasi bahu
·
Paralisa nervus brachialis yang
menyebabkan paralisa lengan, merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir
sehingga menyebabkan terjadinya aspirasi.
Ekstraksi Total Pada Persalinan Sungsang
Pervaginam
Persalinan sungsang pervaginam dimana keseluruhan proses persalinan anak
dikerjakan sepenuhnya oleh penolong persalinan.
EKSTRAKSI BOKONG
Tindakan ini dikerjakan pada letak
bokong murni dengan bokong yang sudah berada didasar panggul.
Tehnik :
Jari telunjuk penolong yang sesuai dengan bagian kecil anak dimasukkan
jalan lahir dan diletakkan pada lipat paha depan anak. Dengan jari tersebut,
lipat paha dikait. Untuk memperkuat kaitan tersebut, tangan lain penolong
mencekap pergelangan tangan yang melakukan kaitan dan ikut melakukan traksi
kebawah (gambar 18 dan 19)
Bila dengan traksi tersebut trochanter
depan sudah terlihat dibawah arcus pubis, jari telunjuk tangan lain
segera mengait lipat paha belakang dan secara serentak melakukan traksi lebih
lanjut untuk melahirkan bokong (gambar 20)
Setelah bokong lahir, bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik” dan
janin dilahirkan dengan cara yang sudah dijelaskan pada ekstraksi bokong
parsialis.
Gambar 18
Kaitan pada lipat paha depan untuk melahirkan trochanter depan
Gambar 19
Untuk memperkuat traksi bokong, dilakukan traksi dengan menggunakan kedua
tangan seperti terlihat pada gambar.
Gambar 20
Traksi dengan kedua jari untuk melahirkan bokong
EKSTRAKSI KAKI
Setelah persiapan selesai, tangan penolong yang sesuai dengan bagian kecil
anak dimasukkan secara obstetris kedalam jalan lahir, sedangkan tangan lain
membuka labia.
Tangan yang didalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong – pangkal paha
sampai belakang lutut (fosa poplitea) dan kemudian melakukan fleksi dan abduksi
paha janin sehingga sendi lutut menjadi fleksi.(gambar 21)
Tangan yang diluar (dekat dibagian fundus uteri) mendekatkan kaki janin
untuk mempermudah tindakan mencari kaki janin tersebut diatas (gambar 22)
Setelah lutut fleksi, pergelangan kaki anak dipegang diantara jari ke II
dan III dan dituntun keluar dari vagina (gambar 23)
Gambar 21 Tangan dalam mencari
kaki dengan menyelusuri bokong sampai fosa poplitea
|
|
Gambar 22 Bantuan tangan luar dibagian fundus uteri
dalam usaha mencari kaki janin
|
Gambar 23 c, d , e
Rangkaian langkah mencari dan
menurunkan kaki pada persalinan sungsang (maneuver Pinard)
Kedua tangan penolong memegang betis anak dengan meletakkan kedua ibu jari
dibelakang betis sejajar dengan sumbu panjangnya dan jari-jari lain didepan
tulang kering. Dengan pegangan ini dilakukan traksi curam bawah pada kaki
sampai pangkal paha lahir
Pegangan
kini dipindahkan keatas setinggi mungkin dengan kedua ibu jari dibelakang paha
pada sejajar sumbu panjangnya dan jari lain didepan paha. Dengan pegangan ini
pangkal paha ditarik curam bawah sampai trochanter
depan lahir ( gambar 24)
Kemudian dilakukan traksi curam atas pada pangkal paha untuk melahirkan
trochanter belakang sehingga akhirnya seluruh bokong lahir. (Gambar 25)
Setelah bokong lahir, dilakukan pegangan femuropelvik dan dilakukan traksi
curam dan selanjutnya untuk menyelesaikan persalinan bahu dan lengan serta
kepala seperti yang sudah dijelaskan.
Gambar 26. Terlihat bagaimana cara
melakukan pegangan pada pergelangan kaki anak. Sebaiknya digunakan kain
setengah basah untuk mengatasi licinnya tubuh anak ; Traksi curam bawah untuk
melahirkan lengan sampai skapula depan terlihat .
Gambar 27. Pegangan selanjutnya
adalah dengan memegang bokong dan panggul janin (jangan diatas panggul anak).
Jangan lakukan gerakan rotasi sebelum skapula terlihat.
Gambar 28. Skapula sudah terlihat,
rotasi tubuh sudah boleh dikerjakan
Gambar 29. Dilakukan traksi curam atas untuk melahirkan bahu belakang yang
diikuti dengan gerakan untuk membebaskan lengan belakang lebih lanjut.
Gambar 30. Persalinan bahu depan melalui traksi curam bahwa setelah bahu belakang
dilahirkan ; Lengan depan dilahirkan dengan cara yang sama dengan melahirkan
lengan belakang
2)
Sectio Cesarean
Pada saat ini SC menduduki tempat yang sangat penting dalam menghadapi
persalinan sungsang. Alasan-alasan SC dilakukan :
·
jika taksiran berat badan janin lebih dari
3500 gram.
·
Jika diketahui panggul sempit baik panggul
sempit absolute dan panggul sempit relative.
·
Kelainan pada rahim sehingga tidak
memungkinkan lahir secara pervaginam.
Jika anak tersebut merupakan anak yang ditunggu-tunggu
kelahirannya atau pernah ada riwayat bayi yang mengalami trauma lahir bisa
dipertimbangkan untuk SC.
Metode Persalinan
Penentuan cara persalinan adalah sangat
individual, kriteria pada tabel dibawah dapat digunakan untuk menentukan cara
persalinan per vaginam atau per abdominal ( sectio caesar ) :
Persalinan pervaginam
|
Sectio Caesar
|
“Presentasi frank Breech”
|
Ketuban pecah dini lama
|
Taksiran berat janin 2000-35000 gr
|
Taksiran berat janin ≥3500 gr atau <1500 gr
|
Ukuran panggul adekuat (berdasarkan x-ray pelvimetry).
Diameter transversal PAP 11,5 cm, dan
anterioposterior 10,5 cm ; Diameter tranversal panggul tengah 10 cm dan
diameter anterposterior 11,5 cm
|
Panggul sempit atau ukuran dalalm nilai “borderline”
|
Tidak ada indikasi SC (ibu dan anak)
|
Bagian terendah janin belum engage, Partus lama,
Primi tua, Inferttilitas atau riwayat obstetrik buruk, presentasi kaki,
Kelainan pada rahim.
|
Proses persalinan berlangsung normal meskipun sedah
direncanakan SC (pervagiman masih merupakan pilihan dibandingkan SC)
|
gawat janin.
|
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK
Universitas Padjadjaran Bandung . 1984 .Obstetri Patologi . Bandung : Elstar
Offset
Manuaba, Ida Bagus . 1998 . Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan .
Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono . 2008 . Ilmu
Kebidanan . Jakarta : Bina Pustaka
Rayburn, William F, dkk . 1996 .
Obstetri dan Ginekologi . Jakarta : Widya Medika
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2002. Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta : Tri Dasa
Printer
Mbak tulisannya gk jelas. Malah potonya yg keliatan jelas 😂😂
BalasHapus