Penjabaran Kasus Peralihan
Metode Kontrasepsi Suntik ke Metode Intra Uterine Device (IUD) dengan Analisa Experimental Learning Theory
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu
Perilaku
Dosen : Siti Pariani, dr., MS., M.Sc., Ph.D.
Disusun Oleh :
1.
Fitriani Puspayanti 011311223013
2.
Irma Sari Fitriana 011311223014
3.
Dewi Angga Purnamasari 011311223015
4.
Angkit Ayu Primarela 011311223016
5.
Bunga Marlina 011311223017
6.
Gebby Putri Mayangsari 011311223018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas berkat limpahan rahmat serta hidayahnya-lah kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Penjabaran Kasus
Peralihan Metode Kontrasepsi Suntik ke Metode Intra Uterine Device (IUD) dengan
Analisa Experimental Learning Theory” ini dengan tepat waktu.
Selain bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ilmu Perilaku, makalah ini juga disusun dengan maksud agar pembaca dapat memperluas ilmu
dan pengetahuan tentang bagaimana pembentukan dan
perubahan perilaku khususnya tentang
experimental learning theory serta bagaimana aplikasinya
terhadap perilaku kesehatan pada kasus peralihan metode kontrasepsi suntik ke
IUD.
Kami juga mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada Ibu Siti Pariani, dr., MS.,
M.Sc., Ph.D selaku dosen / tim
pengajar mata kuliah ilmu perilaku yang telah membimbing kami. Tak lupa pula ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.
Kritik dan saran yang membangun selalu
kami harapkan demi penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca dan dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Surabaya , Desember 2013
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Halaman :
Kata pengantar...................................................................................................... i
Daftar isi................................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Batasan Perilaku.................................................................................. 4
2.2 Perilaku Kesehatan............................................................................. 5
2.3 Perubahan Perilaku Sehat................................................................... 6
2.4 Proses Terjadinya Perubahan Perilaku................................................ 7
2.5 Teori Perubahan Perilaku – Experimental Learning Theory............... 8
2.5.1
Definisi Experimental Learning
Theory................................. 8
2.5.2
Konsep Model Experimental
Learning................................... 8
2.5.3
Tahapan Experimental Learning
Theory................................. 9
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Contoh Kasus..................................................................................... 12
3.2 Analisa Kasus..................................................................................... 13
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan.......................................................................................... 15
4.2 Saran.................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 17
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar). Adapun perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang atau organisme
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan. Untuk menghasilkan
pembentukan dan perubahan perilaku ke arah positif maka diperlukan sebuah
proses belajar yang merupakan istilah kunci paling vital. Sebagai suatu proses,
belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai dispilin ilmu.
Disitulah letak pentingnya manusia sebagai makhluk yang berpikir untuk terus
belajar, baik itu belajar secara kelembagaan formal maupun belajar dari
pengalaman yang pernah dan akan dialami.
Tujuan dari belajar bukan
semata-mata berorientasi pada penguasaan materi dengan menghapal fakta-fakta
yang tersaji dalam bentuk informasi atau pelajaran. Lebih jauh daripada itu,
orientasi sesungguhnya dari proses belajar adalah memberikan pengalaman untuk
jangka panjang yang dapat berguna bagi masyarakat itu sendiri dalam menentukan
perilaku yang akan mereka lakukan. Proses pembelajaran berlangsung secara
alamiah melalui pegalaman-pengalaman konkret yang nantinya akan dianalasis
hingga menjadi sebuah perubahan perilaku.
Dalam meningkatkan kepedulian
sangat penting agar individu mampu bersikap secara efektif dan dapat diterima
dengan baik di lingkungan sosialnya. Dalam teknik penerapan tersebut, hendaknya
mengandung unsur-unsur yang terdiri dari unsur-unsur afektif (feeling),
kognitif (thinking), dan konasi (doing). Unsur-unsur tersebut akan membentuk
pemahaman yang integral dalam diri pribadi seseorang dalam berperilaku.
Terdapat berbagai teori yang menjabarkan tentang perubahan perilaku. Salah satu
teori yang menjelaskan proses perubahan perilaku yaitu experimental learning
theory.
Dalam model ini terdapat proses
transfer of learning yaitu keterampilan individu mengontrol pengetahuan yang
diperoleh untuk diaplikasikan dalam masalah baru. Menurut Gagne (1974) individu
yang memiliki keterampilan ini, dikatakan memiliki strategi kognitif, yaitu
kemampuan internal seseorang yang terorganisasi yang dapat membantu dalam
proses belajar, proses berpikir, memecahkan masalah dan mengambil keputusan.
Proses dengan menggunakan strategi kognitif merupakan proses reflection in
action, yang didasarkan pada teori experimental learning (Pannen, 1996).
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan
perilaku?
2.
Apa yang dimaksud dengan
perilaku kesehatan?
3.
Apa saja batasan perilaku
kesehatan?
4.
Apa yang dimaksud dengan
experimental learning theory?
5.
Bagaimana mengaplikasikan
experimental learning theory ke dalam sebuah contoh kasus?
1.3
Tujuan Penulisan
1.3.1
Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu perilaku dan sebagai
upaya dalam mengembangkan pola pikir ilmiah untuk memecahkan masalah perilaku
masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan.
1.3.2
Tujuan Khusus
Dalam penulisan makalah ini, terdapat
beberapa tujuan khusus yaitu :
1.
Mengetahui arti dari perilaku
2.
Mengetahui arti dari perilaku
kesehatan
3.
Mengetahui batasan perilaku
kesehatan
4.
Mengetahui arti dari
experimental learning theory
5.
Dapat mengaplikasikan
experimental learning theory ke dalam sebuah contoh kasus
1.4
Manfaat Penulisan
1.4.1
Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai masukan dalam memperkaya bahan
materi mengenai teori perubahan ilmu perilaku khususnya experimental learning
theory.
1.4.2
Bagi Penulis
Untuk meningkatkan pengetahuan dan
wawasan serta keterampilan dalam menerapkan teori ilmu perubahan perilaku
khususnya experimental learing theory sehingga dapat menghasilkan sebuah
perubahan perilaku pada masyarakat dalam bidang kesehatan ke arah yang lebih
positif.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Batasan Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas
antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,
2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip
oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini
terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau
Stimulus – Organisme – Respon.
Skinner
(1938) seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dia membedakan
adanya dua bentuk tanggapan, yakni:
1. Respondent response atau reflexive
response, ialah tanggapan yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu.
Rangsangan yang semacam ini disebut eliciting stimuli karena menimbulkan
tanggapan yang relatif tetap.
2. Operant response atau instrumental
response, adalah tanggapan yang timbul dan berkembangnya sebagai akibat oleh
rangsangan tertentu, yang disebut reinforcing stimuli atau reinforcer.
Rangsangan tersebut dapat memperkuat respons yang telah dilakukan oleh
organisme. Oleh sebab itu, rangsangan yang demikian dapat memperkuat sesuatu
perilaku tertentu yang telah dilakukan.
Selain itu, Skinner
juga membagi respon kedalam dua bentuk:
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert),
misalnya : seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda
tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka, misalnya
seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk
diimunisasi. (Notoatmodjo,2003)
2.2
Perilaku Kesehatan
Menurut Becker, konsep perilaku sehat
ini merupakan pengembangan dari konsep perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker
menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yakni pengetahuan kesehatan
(health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan praktek
kesehatan (health practice). Hal ini berguna untuk mengukur seberapa besar
tingkat perilaku kesehatan individu yang menjadi unit analisis penelitian.
Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi :
1.
Pengetahuan Kesehatan
Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang
terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit
menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait. dan atau mempengaruhi
kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan
untuk menghindari kecelakaan.
2. Sikap terhadap kesehatan Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat
atau penilaian seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan
kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap
terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, sikap
tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.
3.
Praktek kesehatan Praktek
kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam
rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan
tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau
mempengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan
tindakan untuk menghindari kecelakaan.
Menurut Skinner perilaku kesehatan (healthy behavior) diartikan sebagai
respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan
sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan seperti
lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain,
perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang
dapat diamati (observable) maupun
yang tidak dapat diamati (unobservable),
yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan
kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah
kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit
atau terkena masalah kesehatan.
Perilaku sehat adalah sifat pribadi
seperti kepercayaan, motif, nilai, persepsi dan elemen kognitif lainnya yang mendasari
tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri,
penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan bergiz. Perilaku sehat
diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis
belum tentu mereka betul-betul sehat.
2.3
Perubahan Perilaku Sehat
Hal yang penting di dalam perilaku
kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan
perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan
sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang dimaksud bukan
hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour. Di dalam program –
program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma –
norma kesehatan diperlukan usaha – usaha yang konkrit dan positif
(Machfoed,2008)
Telah menjadi pemahaman umum, perilaku
merupakan diterminan kesehatan yang menjadi sasaran dari promosi untuk mengubah
perilaku ( behaviour change ). Perubahan perilaku kesehatan sebagai tujuan dari
promosi atau pendidkan kesehatan, sekurang- kurangnya mempunyai 3 dimensi,
yakni :
1.
Mengubah perilaku negative
(tidak sehat) menjadi perilaku positif (sesuai dengan nilai – nilai kesehatan)
2.
Mengembangkan perilaku positif
(pembentukan atau pengambangan perilau sehat).
3.
Memelihara perilaku yang sudah
positif atau perilaku yang sudah sesuai dengan norma/nilai kesehatan (perilaku
sehat). Dengan perkatan mempertahankan perilaku sehat yang sudah ada. Perilaku
seseorang dapat berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan di
dalam diri seseorang.
Terdapat beberapa rangsangan dapat
menyebabkan orang merubah perilaku mereka:
1.
Faktor Sosial : Faktor sosial
sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku antara lain sktruktur
sosial, pranata–pranata sosial dan permasalahan – permasalahan sosial yang
lain. Pada faktor sosial ini bila seseorang berada pada lingkungan yang baik
yang maka orang tersebut akan memiliki perilaku sehat yang baik sedangkan
sebaliknya bila seseorang berada pada lingkungan yang kurang baik maka orang
tersebut akan memiliki perilaku sehat yang kurang baik juga. Dukungan sosial
(keluarga, teman) mendorong perubaha perubahan sehat. Contohnya konsumsi
alkohol, kebiasaan merokok, dan perilaku seksual.
2.
Faktor Kepribadian : Faktor
yang mempengaruhi perubahan perilaku salah satunya adalah perilaku itu sendiri
(kepribadian) yang dimana dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian
individu terhadap perubahan yang di tawarkan, interaksi dengan petugas
kesehatan yang merekomen-dasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba
merubah perilaku yang serupa. Contohnya yang berhubungan adalah rasa kehatian –
hatian, membatasi porsi pemakaian internet pada waktu – waktu tertentu agar
tidak menjadi addicted, ini akan
membantu individu agar dengan tidak menjadikan hal tersebut suatu kebiasaan (habbit) yang dapat merubah perilaku.
3.
Faktor Emosi : Rangsangan yang
bersumber dari rasa takut, cinta, atau harapan – harapan yang dimiliki yang
bersangkutan. Contohnya berhubungan dengan stress yang mendorong melakukan
perilaku tidak sehat seperti merokok.
2.4
Proses Terjadinya
Untuk proses perubahan perilaku
biasanya diperlukan waktu lama, jarang ada orang yang langsung merubah
perilakunya. Kadang- kadang orang merubah perilakunya karena tekanan dari
masyarakat lingkunganya, atau karena yang bersangkutan ingin menyesuaikan diri
dengan norma yang ada. Proses terjadinya perubahan ini tidak semena – mena
dapat tercapai dan harus benar- benar teruji, ada 5 tingkatan perubahan perilaku
:
1. Prekontemplasi : Belum ada
niat perubahan perilaku
2. Kontemplasi :
a.
Individu sadar adanya
masalahnya dan secara serius ingin mengubah perilakunya menjadi lebih sehat.
b.
Belum siap berkomitmen untuk
berubah.
3.
Persiapan :
a.
Individu siap berubah dan ingin
mengejar tujuan.
b.
Sudah pernah melakukan tapi
masih gagal.
4.
Tindakan : Individu sudah
melakukan perilaku sehat, sekurangnya 6 bulan dari sejak mulai usaha
memberlakukan perilaku hidup sehat.
5.
Pemeliharaan : Individu
berusaha mempertahankan perilaku sehat yang telah dilakukan ( 6 bulan dilhat
kembali).
a.
Mungkin berlangsung lama.
b.
Enam bulan dilihat kembali.
(Catatan Kuliah Ilmu Perilaku)
2.5
Teori Perubahan Perilaku - Experimental Learning Theory
2.5.1
Definisi Experimental Learning
Theory
Experimental learning adalah proses perubahan yang
menggunakan pengalaman sebagai pembelajaran. Experimental learning merupakan
sebuah model holistic di mana manusia belajar, tumbuh dan berkembang. Experimental
learning menekankan bahwa pengalaman berperan penting dalam proses perubahan
individu. Experimental learning dapat dilakukan melalui refleksi dari
pengalaman orang lain dan juga melalui suatu proses pembuatan makna dari
pengalaman langsung. Experimental learning berfokus pada proses pembelajaran
untuk masing-masing individu (Kolb, 1984).
2.5.2
Konsep Model Experimental
Learning
Experimental
Learning Theory (ELT) yang dikembangkan oleh David
Kolb sekitar awal tahun 1980-an, yang menekankan pada sebuah model yang
holistik dalam proses perubahan perilaku. Dalam experimental learning pengalaman mempunyai peran sentral dalam
proses perubahan perilaku seseorang. Dalam teori experimental learning, belajar merupakan proses di mana pengetahuan
diciptakan melalui transformasi pengalaman (experience).
Pengetahuan merupakan hasil perpaduan antara memahami dan mentransformasi
pengalaman (Kolb, 1984).
Experimental
learning secara harfiah berarti belajar dari
aktifitas mengalami dan merefleksikan apa yang telah dipelajari (Greef, 2005).
2.5.3
Tahapan Experimental Learning
Theory
Ada dua bentuk model
pemahaman pengalaman, yaitu pengalaman nyata (concrete experience) dan konsep abstrak (abstract conceptualization). Selain itu ada pula dua bentuk model
transformasi pengalaman, yaitu pengamatan reflektif (observation reflection) dan pengalaman aktif (active experience). Tahapan-tahapan model experimental learning menurut Kolb, merupakan sebuah lingkaran
sebagai berikut:
1.
Pengalaman Konkrit (Concrete Experience)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003), pengalaman
adalah sesuatu yang pernah dialami, dijalani, dirasai, ditanggung, dan
sebagainya. Dalam teori ini pembelajaran dari pengalaman yang konkrit bisa
didapatkan dari pengalaman diri sendiri maupun dari pengalaman orang lain. Pada
tahap ini, individu belajar dari pengalaman-pengalaman yang spesifik serta
memiliki kepekaan terhadap situasi (Arjanto, 2012)
2.
Observasi dan Refleksi (Reflective Observation)
Observasi ialah metode atau cara-cara yang menganalisis
dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan
melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.
a) Pengertian observasi
menurut para ahli:
• Observasi adalah suatu penyelidikan yang dijalankan
secara sistematis dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra terutama
mata terhadap kejadian-kejadian yang langsung (Bimo Walgito, 1987:54).
• Observasi adalah suatu tehnik untuk mengamati secara
langsung maupun tidak langsung gejala-gejala yang sedang berlangsung (Djumhur,
1985:51).
b) Definisi
Refleksi
Proses merenung, menganalisis, mencari
alasan, cadangan dan tindakan untuk memperbaiki diri yang dilakukan secara
berterus menerus. (Hanipah, 1999)
Reflective
Observation dalam
teori ini yakni mengamati sebelum membuat suatu keputusan dengan mengamati
lingkungan dari perspektif-perspektif yang berbeda. Memandang dari berbagai hal
untuk memperoleh suatu makna. Pada tahap ini merupakan proses perubahan
perilaku melalui persepsi. Fokus pada memahami ide dan situasi dengan observasi
secara hati-hati. Learner mengaitkan bagaimana sesuatu itu terjadi dengan
melihat dari perspektif yang berbeda dan mengandalkan pada suatu pemikiran,
perasaan dan judgement (Arjanto, 2012).
3.
Pembentukan Konsep Abstrak (Abstract Conceptualization)
Martin dan Caramazza, (1980) Menyebutkan
pembentukan konsep adalah suatu proses pengelompokan atau mengklasifikasikan
sejumlah objek, peristiwa, atau ide yang serupa menurut sifat-sifat atau
atribut-nilai tertentu yang dimilikinya kedalam satu kategori (Burns, 1992).
Abstract
conceptualization
dalam hal ini merupakan analisa logis dari gagasan-gagasan dan bertindak sesuai
pemahaman pada suatu situasi sehingga memunculkan ide-ide atau konsep-konsep
baru. Abstract conceptualization merupakan belajar dengan pemikiran yang
tepat dan teliti, menggunakan pendekatan sistematik untuk menstruktur dan
menyusun kerangka fenomena (Arjanto, 2012).
4.
Generalisasi dan Menguji Konsep
dalam Situasi Baru (Active
Experimentation)
Tahap ini memiliki arti
bahwa kemampuan individu untuk melaksanakan berbagai hal dan melakukan tindakan
berdasarkan peristiwa termasuk pengambilan resiko. Active experimentation merupakan belajar melalui tindakan,
menekankan pada aplikasi praktis (Arjanto, 2012).
Untuk lebih jelasnya,
penerapan tahap-tahap perubahan perilaku menurut Experimental Learning Theory (ELT) akan direfleksikan pada suatu
contoh kasus pada bab selanjutnya.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1
Contoh Kasus
Di Desa Purwoasri Gresik ditemukan
sekitar 85% pengguna atau akseptor KB suntik. Ibu Hani termasuk salah satu
pengguna KB suntik 1 bulan. Ibu Hani berusia 38 tahun, pekerjaan sebagai ibu
rumah tangga, memiliki 1 suami dan 2 orang anak, anak terkecil berusia 10
tahun. Sudah 8 tahun Bu Hani tidak berganti metode KB karena sudah merasa cocok
dengan KB 1 bulan.
Tidak hanya Bu Hani saja yang merasa kalau
sudah cocok dengan KB suntik, tetapi hal ini juga menjadi kepercayaan
masyarakat Desa Purwoasri Gresik. Hampir semua ibu takut untuk mencoba metode
KB yang lain, contohnya metode implan atau IUD. Meskipun sudah dilakukan
penyuluhan dari petugas kesehatan tentang berbagai metode KB, tetap saja
masyarakat tempat Bu Hani tinggal ini berkeyakinan untuk memilih metode KB suntik.
Pada suatu hari Bu Hani merenung
tentang kondisi kesehatan reproduksinya. Dia memiliki anak yang berumur 10
tahun dan kini usianya sudah 38 tahun. Meskipun ada rasa nyaman dan cocok
dengan KB yang sekarang digunakan Bu Hani merasa bahwa sudah lelah karena terlalu
sering suntik 1 bulan. Hingga suatu ketika Bu Hani berkunjung ke rumah
saudaranya, Ibu Farda di Surabaya. Bu Hani bercerita tentang pengalamannya
menggunakan KB suntik 1 bulan kepada Bu Farda, dan sebaliknya mereka saling
bertukar pikiran dan pengalaman. Kebetulan Bu Farda ini adalah akseptor KB IUD.
Ibu Farda menjelaskan bahwa dirinya
sudah 9 tahun menggunakan KB IUD, serta menjabarkan kekurangan dan kelebihan
selama pemakaian KB IUD ini. Ternyata masyarakat di lingkungan tempat tinggal
Bu Farda, pengguna KB IUD lebih banyak dibandingkan KB suntik. Dari pengalaman
Bu Farda inilah kemudian Bu Hani ingin mencari tahu tentang keuntungan KB IUD.
Bu Hani mulai bertanya kepada beberapa tetangga Bu Farda yang juga pengguna KB
IUD.
Setelah beberapa hari di Surabaya, Bu
Hani kembali ke Gresik. Bu Hani berpikir dan mempertimbangkan apa yang telah
didapatkan melalui pengamatan metode KB
masyarakat di Desa Purwoasri Gresik yang berbeda dengan metode KB masyarakat di Surabaya. Bu Hani
merasa dirinya mungkin sudah harus berganti metode KB karena sudah terlalu
lama, yang sebelumnya tidak memikirkan dampak pada kesehatan. Perlahan Bu Hani
mengumpulkan keberanian dan mengesampingkan pandangan masyarakat Desa Purwoasri
bahwa IUD itu menakutkan. Karena motivasi Bu Farda lah Bu Hani bisa melakukan
hal ini, kemudian mendiskusikan dengan suaminya tentang rencana berganti metode
KB. Suami sangat mendukung rencana Bu Hani karena bebagai alasan yang ada.
Hingga pada suatu saat dimana Bu Hani
telah bertekad untuk tidak lagi menggunakan KB suntik 1 bulan dan ingin mencoba
KB IUD meskipun hal ini berkesan baru untuk masyarakat di desanya, Desa
Purwoasri Gresik.
3.2
Analisa Kasus
Perilaku merupakan hasil dari interaksi antara experience serta learning manusia dengan manusia
yang dipengaruhi oleh environment,
social system, cultural system, dan biological
system. Sehingga menghasilkan knowledge serta attitude. Dalam kasus ini
dapat kami analisa menggunakan Experimental
Learning Theory. Dengan bagan
sebagai berikut:
Kasus Ibu Hani merupakan contoh perubahan perilaku
dengan pendekatan Experimental Learning
Theory yang memiliki ciri khas atau tahapan yaitu berdasarkan pengalaman,
pertama pengalaman pribadi ataupun pengalaman orang lain dalam hal ini
penggunaan metode KB. Bu Hani memiliki ketertarikan (interest) terhadap kesehatan reproduksinya karena merasa sudah
waktunya berganti metode KB tetapi karena pengaruh lingkungan sosial masyarakat
yang beranggapan bahwa IUD menakutkan maka Bu Hani menjadi ragu.
Kemudian Bu Hani memiliki ide untuk bertanya kepada Bu
Farda tentang metode yang digunakan di lingkungan yang berbeda serta melakukan pengamatan atau observasi
dengan cara bertanya (wawancara) dengan pengguna IUD di lingkungan tempat
tinggal Bu Farda. Dan mulai merenungkan hasil yang telah diperoleh di Surabaya.
Ini merupakan tahap Experimental Learning
Theory yang kedua yaitu Observasi dan refleksi.
Selanjutnya Bu Hani pulang ke tempat tinggal asalnya dan
mencoba untuk mengesampingkan pandangan masyarakat bahwa IUD menakutkan.
Setelah berdiskusi dengan suami dan mendapat motivasi dari beberapa pihak (Bu
Farda dan Pengguna IUD lain) bahwa IUD tidak menakutkan, Bu Hani berencana
untuk memilih metode IUD. Sesuai dengan Tahapan yang ketiga yaitu pembentukan
konsep abstrak
Tahapan terakhir yaitu generalisasi & menguji konsep
dalam situasi baru. Setelah berencana untuk mengganti metode KB nya, Bu Hani
membulatkan tekad bahwa pilihannya ini adalah benar. Meskipun berbeda dengan
mayoritas pengguna KB masyarakat di desa tempat tinggalnya. Serta tidak akan
ragu lagi mencoba untuk melakukan hal yang baru.
Pada Experimental
Learning Theory hanya sampai pada afektif saja, belum menjadi psikomotor.
Karena dalam pelaksanaannya memiliki pengertian dan pengetahuan, memiliki
kepercayaan dan keyakinan, memiliki dorongan dan motivasi, serta memiliki
pengalaman, tetapi belum terdapat aspek sarana prasarana.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2003). Adapun perilaku kesehatan (healthy behavior)
menurut Skinner diartikan sebagai respon seseorang terhadap stimulus atau objek
yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan
kesehatan. Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah
pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan
dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program
kesehatan lainnya
Proses perubahan perilaku biasanya diperlukan waktu
lama, jarang ada orang yang langsung merubah perilakunya. Kadang- kadang orang
merubah perilakunya karena tekanan dari masyarakat lingkunganya, atau karena
yang bersangkutan ingin menyesuaikan diri dengan norma yang ada. Salah satu
teori perubahan perilaku yakni Experimental Learning Theory. Tahap-tahap
perubahan perilaku dari teori adalah: pengalaman konkrit, observasi dan
refleksi, pembentukan konsep abstrak, dan generalisasi & menguji konsep
dalam situasi baru.
Teori ini memiliki ciri khas atau tahapan yaitu
berdasarkan pengalaman, baik penglaman pribadi maupun pengalaman orang lain.
Akan tetapi pada Experimental Learning
Theory hanya sampai pada afektif saja, belum menjadi psikomotor. Karena
dalam pelaksanaannya memiliki pengertian dan pengetahuan, memiliki kepercayaan
dan keyakinan, memiliki dorongan dan motivasi, serta memiliki pengalaman,
tetapi belum terdapat aspek sarana prasarana.
4.2 Saran
1.
Sebagai mahasiswa kebidanan
untuk lebih memahami teori perubahan perilaku sehingga diharapkan terjadinya
perubahan perilaku khususnya pada perilaku kesehatan ke arah yang lebih baik.
2.
Penerapan Experimental
Learning Theory dalam perilaku sehari-hari diharapkan mampu mencapai pada
aspek psikomotor didukung dengan adanya sarana dan prasarana, sehingga bukan
hanya selesai pada proses berpikir untuk mengubah perilaku akan tetapi sampai
pada tahap dimana terjadi action dalam perubahan perilaku.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwi Hasan, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai pustaka
Arjanto, Paul. 2012. Metode Experiential Learning. http://paul-arjanto.blogspot. com/2012/10/metode-experiential-learning.html
(diakses 10 Desember 2013)
C. Burns .1992. Percepts, Concepts and Categories: The Representation and Processing of
information . Netherlands: Elsevier Scince Publisher
D.J. Maulana, Heri. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta. Buku Kedokteran (EGC).
Hanipah Hussin . 2004. Learning to be Reflective: From Theory to Practices. Malaysia :
Universiti Pendidikan Sultan Idris,
Ircham Machfoedz dan Eko Suryani dan.2008. Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan.Yogyakarta
:Fitramaya.
Kolb D.A. (1984) Experiential Learning experience as a source of learning and
development', New Jersey: Prentice Hall
Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Pariani, Siti.
2013. Handout Mata Kuliah Ilmu Perilaku : Pembentukan dan Perubahan Sikap.
Surabaya : Fakultas Kedokteran
Universitas
Airlangga
Bpk.DR.SULARDI. MM beliau selaku DEPUTI BIDANG BINA PENGADAAN, KEPANGKATAN DAN PENSIUN BKN PUSAT,dan dialah membantu kelulusan saya selama ini,alhamdulillah SK saya tahun ini bisa keluar.Teman teman yg ingin seperti saya silahkan anda hubungi bpk DR.SULARDI.MM Tlp; 0813-4662-6222. Siapa tau beliau mau bantu
BalasHapus